Produksi Padi Banten Meleset dari Target
jpnn.com, SERANG - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten merilis bahwa realisasi produksi padi di Banten periode Januari sampai dengan Desember 2018 diperkirakan hanya mencapai 1,60 juta ton gabah kering giling (GKG) dan jauh dari target (aram II) sebesar 2,4 juta ton GKG.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus M Tauchid menjelaskan tingginya selisih perbedaan angka antara realisi produksi dengan angka ramalan (aram) dua itu dipengaruhi karena adanya perubahan metodologi perhitungan data produksi padi dengan metode Kerangka Sampel Area (KSA).
"Kalau merujuk pada data versi KSA, jelas terkoreksi tajam sekali perbedaannya sebab menurut data tersebut produksi kita diperkirakan 1,6 juta ton, sementara aram II kita yang juga bersumber dari BPS itu sekitar 2,4 juta ton. Artinya di sini perlu dilakukan penyamaan persepsi, seluruh dinas pertanian kabupaten/kota juga harus duduk bareng agar semuanya memiliki pemahaman yang sama guna perbaikan ke depan," ujar Agus kepada INDOPOS,Kamis (15/11) .
Agus menampik, jika selisih yang tajam itu disebut mengalami penurunan produksi, sebab BPS juga belum bisa membandingkan produksi padi Banten tahun sebelumnya dengan metode yang baru ini (metode KSA).
Kendati demikian data ini akan menjadi catatan pihaknya agar ke depan seluruh jajaran dinas pertanian provinsi, kabupaten dan kota di Banten agar memulai perhitungan dengan metodologi yang baru diperkenalkan BPS itu.
"Kita bersama dengan BPS akan kembali melakukan start perhitungan data dari nol lagi. Agar kami bersama jajaran juga bisa paham dan mengerti apa dan seperti apa prakteknya di lapangan," cetusnya.
Lebih lanjut Agus mengatakan, dengan turunnya angka produksi padi Banten tahun 2018 ini merupakan basis data awal. "Ke depan dua atau tiga tahun yang akan datang trend-nya baru akan terlihat (apakah mengalami penurunan atau peningkatan-red). Dan jangan-jangan ke depan juga pemerintah akan kembali meninjau data KSA ini. Karena metode-metode ini juga semuanya buatan manusia," tuturnya.
Hal senada juga diungkapkan Kasi Statistik Pertanian BPS Banten, Purwanto Badarani, bahwa rilis yang dikeluarkan pihaknya bukan untuk menunjukkan adanya penurunan produksi pertanian Banten, tetapi memang ada perubahan metodologi perhitungan data dari yang sebelumnya.