Profesor Doktor
Memang, ada pihak lain yang menulis gelar itu di depan nama saya. Sedapat mungkin saya minta: jangan cantumkan gelar itu.
Namun, ada saja yang posternya sudah telanjur beredar.
Jangan-jangan saya yang lupa. Atau pura-pura lupa. Jangan-jangan saya pernah memakainya. Baik juga, kalau ada yang menemukan itu. Agar saya ingat.
Pun di dalam kampus. Ketika saya diminta memberikan seminar. Sering dicantumkan gelar itu.
Saya sedapat mungkin memberikan koreksi: enggak usah cantumkan gelar itu.
Namun, tidak semuanya berhasil saya lakukan. Saya juga tidak mau konfrontasi: masak soal begitu saja bikin penyelenggara merasa kurang enak.
Lebih banyak lagi yang menawari gelar kehormatan doktor. Hanya satu yang saya terima. Yang dari dalam negeri. Yakni ketika tawaran itu datang dari IAIN Walisongo Semarang.
Itu pun karena dirayu beberapa orang dekat untuk menerimanya.