Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Program Pertama, Sepuluh Siswa Pedalaman ke Ibu Kota

Minggu, 15 September 2013 – 06:45 WIB
Program Pertama, Sepuluh Siswa Pedalaman ke Ibu Kota - JPNN.COM
SENYUM CERIA: Sepuluh pelajar SMP yang mengikuti gerakan SabangMerauke berfoto bersama sebelum kembali ke daerah masing-masing. Foto: Edward Suhadi for Jawa Pos

Sementara pada technology day, para ASM diajak mengunjungi kantor Microsoft Indonesia. Saat religious dan cultural diversity day, mereka mengunjungi beberapa tempat ibadah, seperti Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Kemudian, pada nationalism day, anak-anak diajak mengunjungi museum perumusan naskah proklamasi dan Monas.

Mereka juga diajak bertemu para veteran perang untuk mempertebal rasa nasionalisme. Pada hari terakhir sebelum penutupan program, mereka mengikuti education day di Universitas Indonesia (UI). Di sana mereka bertemu Dekan Fakultas Ekonomi UI Jossy P. Moeis PhD.

”Pada kesempatan itu anak-anak ASM diberi semangat agar jangan putus sekolah. Mereka juga diharapkan bisa menyemangati satu sama lain untuk terus sekolah. Sebab, biasanya anak-anak di pelosok itu nggak pernah bermimpi untuk kuliah,” papar Wiwie.

Dia menambahkan, selama program SabangMerauke batch pertama berjalan, terlihat betapa tingginya rasa toleransi yang ditunjukkan para FSM. Dia mencontohkan peserta program Dwi Villa Novitasari yang merupakan etnis Tengger beragama Hindu. Dia tinggal bersama FSM muslim taat.

”Dia tinggal sama Bu Gita yang jilbabnya panjang. Tapi, yang bikin terharu, Bu Gita sejak awal concern sekali pada Villa,” papar Wiwie.

Putri pun ikut bercerita mengenai toleransi dari keluarga Bu Ratna yang menjadi FSM bagi siswi SMP 03 Satu Atap Nanga Lauk, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, bernama Apipa. Apipa adalah muslim, sementara Bu Ratna adalah Nasrani. Namun, karena bertepatan dengan bulan puasa, Bu Ratna rela bangun lebih pagi untuk menyiapkan makan sahur bagi Apipa.

’’Saking takutnya telat nggak sahur, Bu Ratna bangun jam setengah dua. Akibatnya, makanan jadi dingin pas mau dimakan. Dari sini kita lihat tingginya rasa toleransi di antara para FSM,” kenang Putri.

Begitu program usai, anak-anak ASM kembali ke daerah masing-masing. Namun, mereka tetap mendapat program penugasan yang terus dipantau KSM. Yang menarik, anak-anak tersebut mengalami banyak perubahan positif setelah mengikuti program SabangMerauke.

SEPULUH pelajar SMP dari sejumlah kawasan terpencil di pulau terluar Indonesia dikirim ke ibu kota Jakarta. Mereka diajak merasakan kehidupan lain

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News