Proses Pembibitan Atlet harus Diubah Sesegera Mngkin
Mungkin, selama 10 tahun ke depan, Indonesia belum bisa berbuat apa-apa, karena mereka masih dalam penggemblengan.
“Tapi nanti, tahun 2025, ketika negara-negara lain kehabisan bibit, Indonesia justru lagi banjir-banjirnya atlet. Kalau perlu kita ‘menjual’ atlet,” tukasnya.
Yuni bahkan mempunyai ide yang agak ‘radikal’, yakni mengawinkan para atlet berprestasi. Diharapkan jika para juara menikah, akan diperoleh bibit atlet yang tangguh di mada depan.
“Itu pemikiran radikal saya. Tapi sebaiknya pencarian bibit atlet dimulai dari keluarga. Karena dari keluarga lah, kita bisa menemukan bibit atlet handal,” sergahnya.
Dia juga mengusulkan perlu adanya sinkronisasi dan pelibatan di luar Kemenpora dalam menyiapkan bibit atlet andal, misalnya peran serta Kemendikbud, Kemenag, BKKBN, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, serta kementerian dan lembaga negara lainnya.
“Sementara itu untuk penyiapan atlet paska 2024, diperlukan berbagai upaya, di antaranya menyiapkan calon atlet dengan identifikasi potensi dan bakart melalui program pengembangan usia dini di kabupaten/kota. Termasuk penguatan program olahraga sejak di Sekolah Dasar,” tandasnya Yuni Poerwanti. (dkk/jpnn)