Proyek Food Estate Jokowi Mengancam Kehidupan Masyarakat Adat di Indonesia
Menurutnya, masyarakat adat yang memproduksi sagu dipaksa untuk percaya bahwa mereka bukan manusia kalau tidak makan nasi.
"Supaya masyarakat adat kehilangan rasa bangga akan sagunya, kehilangan ikatan dengan tanahnya, supaya ketika ada perusahaan yang datang, mereka akan bilang 'ya sudah ambil saja, isinya cuma sagu kok', padahal itu kan lumbung pangan mereka."
Ketahanan pangan berbasis kearifan lokal
Rukka menilai, alih-alih membuka lahan gambut dan mencetak sawah baru yang masif dan tersentralisasi, sebaiknya Pemerintah memikirkan bagaimana masyarakat adat dan petani bisa berkontribusi untuk pembangunan Indonesia tanpa harus berhadapan dengan aparat.
"Kata Presiden Jokowi, pertanian kita naik enam belas koma sekian persen, tapi beliau tidak sadar bahwa angka itu adalah angka riil masyarakat, termasuk petani dan masyarakat adat."
Menurut Rukka, ketika wilayah adat masih utuh dan dikelola dengan baik, masyarakat adatlah yang berjaya di masa pandemi COVID-19.
"Mereka bahkan punya stok pangan cukup untuk bertahun-tahun," kata Rukka merujuk di antaranya masyarakat adat Ciptagelar di Jawa Barat dan Dayak Iban Sungai Utik di Kalimantan Barat.
Sejak Maret, AMAN sudah menyatakan 'lockdown' wilayah adat, melakukan adat ritual tolak bala, menghitung stok pangan yang dimiliki, dan mengisi lumbung-lumbung.
Mereka juga tidak menjual bahan pangan dan kembali menanam untuk mereka yang sudah selesai panen.