PSI dan Anies Haters
Prinsip demokrasi menyaratkan adanya kontrol dan penyeimbangan dari oposisi supaya kekuasaan tidak bertindak semena-mena. Kekuasaan tidak boleh dibiarkan tak terkontrol sehingga menjadi kekuasaan mutlak. Kelangkaan kontrol terhadap kekuasaan akan melemahkan demokrasi.
Kekuasaan yang absolut akan cenderung melakukan korupsi yang absolut juga. Begitu kata adagium Lord Acton. Karena itu keberadaan oposisi menjadi prasyarat utama bagi sebuah sistem demokrasi jika ingin berjalan dengan baik.
Karena itu, posisi PSI yang menempatkan diri sebagai oposisi formal terhadap Anies sangat penting untuk menjaga fungsi kontrol dan keseimbangan.
Bersama dengan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), PSI dikenal sebagai duet maut yang bertindak sebagai oposan Anies di DPRD DKI.
Dengan adanya kontrol dari PSI, Anies makin berhati-hati dalam bertindak. Anies tidak boleh bersikap lengah sedetik pun.
Anies tidak boleh melakukan kesalahan sedikitpun. Kebijakan Anies harus ‘’flawless’’, tanpa salah sedikit pun, supaya tidak memberi peluru kepada PSI untuk ditembakkan. Itulah pentingnya posisi PSI, dan karenanya Anies layak berterima kasih kepada PSI yang sudah memainkan peran oposisi dengan gagah berani.
Orang-orang top seperti politisi dan selebritas yang terkenal pasti punya haters alias para pembenci.
Mereka selalu memberi komentar negatif dan bersikap kritis terhadap apa saja dilakukan orang-orang terkenal itu. Keberadaan haters tentu tidak menyenangkan, tetapi dalam beberapa kasus para haters ini diciptakan untuk mendongkrak popularitas.