PSI dan Anies Haters
Ada yang sengaja men-setting adanya haters dan dibuat seolah-olah memberi reaksi dan komentar negatif. Tujuannya adalah untuk melakukan setting berita supaya popularitas naik karena viral dan trending topic.
Anies tidak perlu menciptakan haters setting-an, karena PSI sudah memainkan peran itu dengan sangat baik tanpa harus dibayar alias gratis.
Beberapa waktu sebelumnya, wakil ketua PSI Tsamara Amany Alatas mengundurkan diri dari partai. Ini merupakan kehilangan yang sangat besar bagi PSI karena Tsamara dikenal sebagai salah satu ikon PSI yang menonjol.
Tsmara mempunyai kapasitas intelektual di atas rata-rata kader dan pengurus PSI. Pengunduran diri Tsmara memunculkan spekulasi adanya atmosfer yang tidak kondusif di tubuh PSI.
PSI berusaha meredam spekulasi itu dengan mengatakan bahwa pengunduran diri seorang kader adalah fenomena lumrah di partai politik. Akan tetapi, publik melihat bahwa pengunduran diri Tsmara bukan hal yang lumrah. Spekulasi makin kuat karena muncul berita mengenai kedekatan suami Tsamara dengan Anies Baswedan.
Tsamara menikah dengan Prof. Ismail Fajrie Alatas, pria Indonesia yang menjadi guru besar kajian Islam di New York University, Amerika Serikat. Dalam berbagai momen terlihat bahwa sang profesor adalah ‘’Anies Lover’’ bukan Anies Hater.
Sebuah video menunjukkan Anies hadir pada pernikahan Tsamara dan terlihat mempelai pria bersalaman dan berpelukan dengan Anies dengan sangat akrab. Beberapa unggahan di akun medos sang profesor juga menunjukkan simpatinya kepada Anies.
Hal ini memicu kemarahan para buzzer yang kemudian menyerang Tsmara dengan isu rasial. Sama dengan Anies, Tsamara disebut sebagai ‘’Orang Yaman’’. Buzzer itu malah menyebut seharusnya orang-orang Yaman dikembalikan ke negara asalnya dan dibersihkan dari Indonesia, seperti yang terjadi dalam proyek ‘’Solusi Terakhir’’ di Jerman semasa Nazi Hitler.