PTM Terbatas Harus Berhamba kepada Siswa, Bukan Pemerintah
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan praktisi pendidikan Muhammad Nur Rizal mengungkapkan kekhawatirannya terhadap proses pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas tidak sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dialami siswa.
Pasalnya, pemerintah tidak memiliki data akurat sebagai hasil survei sendiri atas dampak pandemi kepada siswa.
"Sepertinya belum ada keseriusan pemerintah untuk mengetahui dampak langsung yang dialami siswa, baik secara mental, karakter maupun pengetahuan yang bisa mengakibatkan learning loss yang berakibat fatal pada lost generation," tutur Nur Rizal dalam diskusi yang diinisiasi Forum Wartawan Pendidikan dan Biro Kerja sama Hubungan Masyarakat (BKHM) Kemendikbud, Sabtu (17/4).
Padahal, lanjutnya, pemerintah sudah mengeluarkan SKB 4 Menteri yang mengatur PTM terbatas sebaiknya dilaksanakan.
Menurut founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ini, perlu reorientasi arah kebijakan pendidikan yang baru bahwa semua upaya perbaikan PTM terbatas harus berhamba kepada siswa.
Bukan semata-mata untuk memenuhi kepentingan pemerintah.
"Persoalan besar pendidikan nasional adalah mental dan itu diperparah akibat pandemi ini yang menyebabkan siswa tidak bisa bertemu dengan teman-temannya," ucapnya.
Dosen di Universitas Gajah Mada (UGM) ini menambahkan, yang harus menjadi titik fokus perhatian pemerintah dan stakeholder pendidikan adalah upaya mengatasi rasa bosan siswa tersebut. Jika tidak, maka akan berdampak ke persoalan mental lainnya. Bahkan yang lebih besar adalah rendahnya motivasi untuk selalu belajar.