Publikasi Internasional Indonesia Lampaui Singapura
jpnn.com, PEKANBARU - Jumlah riset ilmuan di Indonesia secara kuantitas mengalami peningkatan. Diantara indikasinya adalah bertambahnya publikasi internasional. Namun sayangnya riset di Indonesia banyak yang masih di level dasar.
Kondisi itu diungkapkan Menristekdikti Muhamad Nasir dalam puncak Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-23 di Pekanbaru, Jumat (10/8). "Riset dan teknologi di Indonesia banyak yang masih di level dasar atau terapan," tuturnya.
Dia menjelaskan data per 7 Agustus lalu publikasi internasional Indonesia berjumlah 16.528 judul. Mengungguli Singapura di angka 12.593 judul.
Nasir berharap riset maupun teknologi yang masih di level dasar tersebut, bisa dinaikkan menjadi inovasi. "Inovasi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat," jelasnya.
Salah satu strategi untuk menaikkan grade riset tersebut, Nasir mengatakan ada sejumlah strategi. Diantaranya adalah menyatukan atau membuat koordinasi anggaran riset. Dia mengatakan saat ini anggaran riset seperti diecer-ecer di hampir seluruh kementerian dan lembaga.
"Tahun 2017 dana riset atau penelitian secara keseluruhan mencapai Rp 24,9 triliun," jelasnya. Namun dari dana yang besar tersebut, tidak efektif untuk bisa menghasilkan inovasi. Selain itu juga banyak riset atau penelitian yang tumpang tindih antara satu instansi dengan instansi lainnya.
Menurut Nasir jika dana riset yang besar itu dikoordinasikan dengan baik, maka bisa mencegah ada tumpang tindih agenda penelitian. Dia menjelaskan peneliti harus berbasis permintaan atau demand dari masyarakat. Tidak lagi sekedar membelanjakan anggaran.
Selain itu Nasir mengatakan saat ini sudah ada Peraturan Presiden tentang Rencana Induk Riset Nasional (RIRN). Di dalamnya sudah ditetapkan ada delapan agenda riset yang menjadi prioritas. Seperti riset di bidang pangan, kesehatan, energi, dan pertahanan. (wan)