Puluhan Tahun Mutu Pendidikan Indonesia Tetap Rendah, Nur Rizal: Berikan Guru Otonomi
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan praktisi pendidikan Muhammad Nur Rizal menilai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia disinyalir karena kualitas guru. Padahal, permasalahan ini sudah ada sejak lama tetapi tidak kunjung membuahkan solusi yang signifikan hingga sekarang.
"Jangan-jangan, sistem pendidikan Indonesia sendiri yang telah membelenggu guru selama puluhan tahun sehingga menjadi alasan solusi tidak kunjung membuahkan hasil," kata Nur Rizal dalam bimbingan teknis sekolah menyenangkan besutan Balai Besar Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi bidang Pertanian secara daring, Selasa (6/7).
Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) itu menuturkan bahwa pola pengembangan profesionalisme guru di Indonesia selama ini berorientasi pada pemenuhan administrasi, sehingga penilaiannya lebih bersifat tidak nyata. Sebatas konsep yang teknokratis.
Dia mengakui Kementerian Pendidikan, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemendikbudristek) telah mencoba mengembangkan pelatihan guru penggerak, tetapi pada pelaksanaannya, pemerintah daerah masih berorientasi pada pemenuhan administrasi.
Rizal menyebut ada tiga aspek yang harus diubah dalam pengelolaan pengembangan profesionalisme guru, yaitu, aspek pemberian otonomi kepada guru, pembentukan komunitas guru, dan kesempatan luas mengembangkan diri.
"Ketiga aspek ini diharapkan bisa meningkatkan kompetensi profesional, pedagogi, sikap kepribadian dan keterampilan sosial guru," ucapnya.
Namun, kata Nur Rizal, pelatihan guru selama ini lebih berorientasi pada peningkatan pedagogi dan profesionalisme karir guru, kurang menyentuh aspek sikap kepribadian dan sosial.
Dia mencontohkan praktik otonomi guru adalah bagaimana pemerintah baik kementerian, khususnya pemerintah daerah memberikan ruang bagi guru untuk membuat kurikulum sekolah sendiri yang bisa menerjemahkan kurikulum pusat.