Punya Pendapatan Lain, Pemegang Lisensi Sevel Enggan Delisting
’’Model bisnis dan risiko 7-Eleven sama seperti restoran, menawarkan makanan cepat saji dan bisa duduk berlama-lama dengan akses wifi gratis. Hasilnya, bisnis tersebut bersaing dengan restoran cepat saji dan toko makanan tradisional lainnya yang lebih populer di Indonesia,” urai Fitch dalam rilisnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyebutkan, tutupnya 7-Eleven adalah murni keputusan bisnis, bukan karena desakan pihak mana pun.
”Dalam satu kegiatan usaha, kalau dia terus-menerus merugi, maka pemegang saham atau direksi harus berani cut loss, berani ambil keputusan,” ujar Enggar.
Dia menyebut tutupnya Sevel –sebutan 7-Eleven– menjadi salah satu bukti beratnya persaingan dalam bisnis usaha ritel.
Sebab, banyak usaha baru yang muncul dan menjadi kompetitor bagi para pelaku usaha lama.
”Berat, berat sekali. Pengalaman saya sebagai pengusaha, saya pernah menutup usaha meski tidak sebesar itu,” ujarnya. (rin/agf/c17/sof)