Putusan Otak
Oleh: Dahlan IskanTrump seperti terus saja terpeleset lidah. Atau memang orangnya begitu.
Mungkin jalan pikirannya betul: semua keputusan dibuat di pikiran. Jadi, kalau Trump bilang ia sudah memutuskan semua itu bukan dokumen rahasia orang lain harus percaya kepadanya. Termasuk para penyelidik itu.
Namun, para penyelidik tidak percaya. Kecuali Trump melubangi kepalanya, lalu mengambil bagian otaknya yang memutuskan itu, untuk diserahkan ke FBI. Sebagai barang bukti. Cuilan otak itulah barang bukti bahwa ia sudah membuat keputusan.
Tentu Trump tidak mau melubangi kepalanya. Ia hanya berargumen. Sebagai taktik mengulur waktu.
Dan lagi, Trump memang punya hobi mengabaikan bukti. Tuduhannya bahwa pemilu curang tanpa bukti.
Tuduhan bahwa Presiden Biden mencuri suara tanpa bukti. Tuduhan Obama tidak lahir di Amerika tanpa bukti.
Juga pekan lalu. Seminggu sebelum ia mengatakan ''sudah membuat keputusan di dalam pikiran''.
Ia melontarkan tuduhan baru pada FBI: penyelidik sengaja membawa dokumen rahasia ke rumahnya, lalu ditaruh di situ, untuk kemudian disita sebagai barang bukti.
Pengikut Trump pun percaya itu. Rupanya mereka percaya FBI sudah meniru praktik polisi di negara pewayangan.