Rahmat Shah, Dengan Kocek Sendiri Bikin Museum Satwa Liar Terbesar di Asia
Tiap Bulan Nombok Puluhan Juta RupiahRabu, 23 Maret 2011 – 08:08 WIB
Lantas, dari mana satwa-satwa tersebut dikumpulkan" Sekitar 25 persen koleksi merupakan satwa hasil buruan Rahmat di luar negeri. Tentu saja melalui jalur legal. "Sisanya dari pemberian teman atau satwa yang mati dari kebun binatang," jelasnya.
Di luar negeri, izin perburuan dilakukan terhadap spesies yang over-population. Itu pun untuk binatang yang sudah tua. "Tujuan saya murni konservasi. Kalau, misalnya, ada hal buruk yang membuat ada spesies yang akhirnya punah, generasi mendatang tetap bisa melihat dan mempelajarinya, meski dalam bentuk awetan," ungkapnya.
Atas upayanya melakukan konservasi satwa tersebut, Rahmat telah tercatat sebagai putra pertama Indonesia yang menerima International Conservation Award. Penghargaan itu diberikan lembaga internasional yang konsen terhadap kelangsungan satwa, Association of Zoo & Aquariums (AZA).