Rakorbid DPP PDIP, Ansy Lema: Pertanian-Kedaulatan Pangan Kunci Kemajuan Bangsa
Indonesia harus mempersiapkan diri agar tidak menderita kerawanan pangan akut akibat pandemi. Karena itu Ansy berpendapat, momentum pandemi Covid-19 harus menjadi titik picu gotong royong mencapai kemandirian dan kedaulatan pangan.
Negara harus mengurangi ketergantungan pada impor dan memperbaiki ketahanan pangan dalam negeri. Maka sebagai solusi, anggota Kokisi IV DPR RI itu pertama-tama meminta negara agar segera melakukan diversifikasi pangan lokal. Beras tidak menjadi satu-satunya komoditi pangan. Ketahanan pangan diwujudkan melalui pemberdayaan pangan-pangan lokal yang sesuai karakteristik wilayah.
“Selain diversifikasi pangan lokal, negara perlu menekan alih fungsi lahan pertanian. Lahan pertanian tidak boleh diganti menjadi lahan non produktif, seperti pemukiman ataupun lahan investasi,” paparnya.
Sebagai langkah jangka pendek selama pandemi, Ansy mendorong pemerintah menggiatkan masyarakat untuk memanfaatkan pekarangannya guna menanam sayur ataupun pangan lokal. Pemerintah harus membantu petani untuk membeli/menyerap hasil panen mereka.
Untuk keberlanjutan produksi, pemerintah juga perlu memberikan modal kerja, seperti bibit, pupuk, dan alat-alat pertanian yang memadai. Tak kalah penting, pemerintah dapat memastikan kelancaran mobilitas atau transportasi serta distribusi pangan.
Terkait konteks NTT, Ansy berharap pemerintah dapat mengembangkan pertanian lahan kering. Pertanian di NTT berbeda dengan pulau Jawa yang dominan lahan basah. Luas lahan kering di NTT adalah 1.331.373,00 hektare, sedangkan lahan basah hanya 214.387,90 hektar. Rasio lahan kering dan basah di NTT 1:6 Apalagi menurut data BPS September 2019, angka kemiskinan NTT tercatat 20.62% atau sebanyak 1.129.460 orang, di mana 1.020.840 orang tinggal di pedesaan, mayoritasnya petani lahan kering.
“Kemiskinan NTT adalah kemiskinan petani lahan kering. Jika mau bangun NTT, pemerintah harus bantu petani. Berikan alat berat excavator dan bantu subsidi pembukaan lahan kering. Setelah itu pemerintah harus melakukan diversifikasi pangan lokal, mengajak petani tanam ubi, jagung maupun sorgum. Rice oriented harus dihilangkan. Tanam jagung, misalnya, dengan mengembangkan varietas jagung yang tumbuh di Pulau Timor seperti Jagung Hibrida, Lamuru, Bisma, Srikandi Kuning, Srikandi Putih, dan varietas lokal Piet Kuning,” tutupnya.
Diskusi yang diselenggarakan secara vitual ini menghadirkan sejumlah narasumber lainnya, yakni Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Koperasi dan UMKM Mindo Sianipar, Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pertanian, Perkebunan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan Made Urip serta pejabat Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Koperasi. Peserta diskusi adalah para kader dan struktur partai dari seluruh Indonesia.(fri/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!