Rakornas Pariwisata Fokus Bahas Problem Konektivitas
Digital lifetyle, sebut Arief, menggabungkan look, book, pay, ke dalam satu selling platform. "Kalau tidak ada Pak Luhut (Menko Maritim, red) saya singkat LBP, Luhut Binsar Pandjaitan. Tapi karena ada beliau, saya langsung saja look, book, pay," kata Arief yang langsung disambut gelak tawa sekitar 500 audiensi, termasuk Luhut yang duduk di kursi paling depan.
Semua stakeholder top 3 program kerja Kemenpar yang terkait konektivitas hadir dan berdiskusi dalam rakornas itu. Semangatnya sama dan seirama dengan tema acara, yakni Indonesia Incorporated: for Better Tourism Connectivity.
Arief Yahya menggunakan benchmark sukses Jepang dilengkapi kajian The United Nations World Tourism Organization (UNWTO) soal air connectivity. Arief mengaku menghadapi problem superserius soal konektivitas.
Tetapi dia bersyukur. Kementerian dan lembaga lain yang terkait dengan kepariwisataan sangat mendukung. Ada Kementerian Perhubungan, Pementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian BUMN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan LHK, hingga Angkasa Pura I dan II, Airnav, perusahaan airlines, serta pemda yang concern dengan pariwisata.
Arief menegaskan, Presiden Joko Widodo sudah mencanangkan target 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019. “Kalau presiden sudah menentukan arah ke pariwisata, tidak ada pilihan lain, kita harus mencari jalan terbaik menuju ke sana!" ujarnya.
Semua unsur yang terkait konektivitas udara, darat dan laut, ikut disentuh. Konektivitas udara adalah titik paling krusial, karena hampir 80 persen wisman masuk ke Indonesia melalui transportasi udara.
Tapi ada problem seats capacity yang sangat terbatas. Hal itulah yang harus cepat-cepat dituntaskan.
Karenanya Kemenpar menggandeng kementerian lain untuk menuntaskan masalah itu. Istilahnya Indonesia Incorporated.