Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ramadan, Anak, dan Pembelajaran

Oleh : Miftahul Jinan*

Rabu, 24 Juli 2013 – 08:08 WIB
Ramadan, Anak, dan Pembelajaran - JPNN.COM

Jika pengertian itu terus tertanam di pikiran dan hati sang anak, niscaya mereka kelak memiliki ketaatan kepada Allah dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua serta sikap toleran kepada sesama. Yang tidak kalah penting, selama Ramadan anak juga dibenturkan pada realitas bahwa permintaan mereka tidak harus dituruti. Misalnya saat mereka merengek untuk makan. Jika memang belum waktu berbuka, tentu mereka tidak diperkenankan untuk makan, sekalipun anak bakal menangis dan mengiba kepada orang tuanya.

Situasi seperti itu juga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ketika mereka merengek minta mainan. Jika memang dalam sebulan mereka sudah dibelikan mainan, di bulan yang sama orang tua tidak boleh membelikan mainan lagi.

Anak-anak harus pernah mengalami permintaan dituruti sekaligus wajib merasakan pengalaman keinginannya ditolak. Kenapa begitu? Jika terus dituruti, bakal ada kecenderungan kalau kelak menghadapi kegagalan, dia akan menjadi radikal. Sebaliknya, jika pernah mengalami ditolak, kelak sang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat saat menghadapi kegagalan dan bisa segera bangkit.

Tapi, Ramadan bukan sekadar momentum pembelajaran bagi anak. Ramadan juga menjadi pembelajaran bagi para orang tua. Mereka pun harus belajar mengontrol diri dan menjadi contoh terbaik bagi anak masing-masing.

Melalui Ramadan, orang tua bisa belajar bersikap tenang dalam menghadapi polah anaknya. Tidak mudah goyah dengan tangis dan rengekan sang anak. Sehingga selepas Ramadan para orang tua bisa lebih menahan diri. Baik dalam melontarkan amarah atau melepaskan kasih sayang.

Melalui Ramadan, orang tua juga bisa mempelajari kenakalan anaknya. Bahwa di balik kenakalan itu pasti tersimpan kecerdasan. Ada potensi.

Jadi, yang terpenting bukan kenakalan itu, melainkan respons orang tua. Jika melihat anaknya suka mencoret-coret tembok, bisa jadi sang anak memiliki kemampun visual seperti menggambar. Orang tua tentu harus merespons dengan menyediakan buku-buku gambar atau tembok khusus di rumah untuk sarana corat-coret. (fim/c11/ib)

*Penulis buku Alhamdulillah Anakku Nakal

ANAK adalah anugerah. Mutiara yang harus dirawat. Juga tentunya harus diberi bekal positif untuk menyongsong hari depan. Bekal yang diberikan secara

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News