Rambut Rontok Bisa Jadi Tanda Stroke?
jpnn.com - Rambut rontok dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti anemia, gangguan hormonal, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Namun, siapa sangka rambut rontok dapat berhubungan dengan risiko stroke pada kemudian hari?
Perlu diketahui bahwa ada banyak tipe rambut rontok. Rambut rontok jenis alopesia areata lah yang dianggap berkaitan dengan risiko stroke. Mari kenali lebih jauh soal alopesia areata.
Hubungan antara kerontokan rambut dan stroke
Alopesia areata sangat berbeda dari pola kerontokan rambut pada umumnya. Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan, orang yang mengalami alopesia areata memiliki dua kali risiko stroke ketimbang orang-orang yang mengalami kerontokan rambut pada umumnya.
Biasanya alopesia areata muncul di usia dua puluhan dan menghasilkan kebotakan yang terjadi secara tiba-tiba. Apabila penderitanya mengalami stres berat, kerontokan rambut pun akan semakin parah.
Alopesia areata bisa pula disebabkan oleh penyakit autoimun atau gangguan tiroid. Saat sistem kekebalan tubuh menyerang tubuhnya sendiri, serangan ini dapat bermanifestasi dalam sejumlah cara, yakni menyerang folikel rambut (menyebabkan rambut pecah-pecah) dan menyebabkan permasalahan pada sel darah dan lemak darah. Hal-hal ini bisa memicu pembekuan darah yang berujung pada stroke.
Secara keseluruhan, hubungan antara kerontokan rambut dan stroke bukanlah alasan untuk Anda khawatir secara berlebihan. Malahan, gejala rambut rontok ini bisa dijadikan sebagai pertanda awal yang membuat Anda lebih waspada terhadap tanda-tanda serangan stroke di kemudian hari dan segera memeriksakannya ke dokter.
Lakukan medical check-up secara berkala untuk memeriksa tekanan darah, kondisi jantung, dan kadar kolesterol Anda. Kemudian, cek juga apakah Anda berpotensi terserang penyakit autoimun atau tidak. Sebab, jika Anda memiliki penyakit autoimun, risiko Anda untuk mengalami kerontokan rambut dan terserang stroke juga akan besar.