Raskin Saja Disunat Aparat Desa
Jumat, 24 Februari 2012 – 09:22 WIB
Tokoh masyarakat Desa Kolontobo, Markus Arakian kepada koran ini mengatakan, pembagian jatah raskin yang tidak mencapai 14 kg sesuai jatah sesungguhnya tersebut sudah berlangsung sejak awal digulirnya raskin di desa itu. Namun, masyarakat tidak pernah melihatnya sebagai sebuah kecurangan. Selain karena harga beras yang murah juga rasa kekeluargaan di desa yang harus terus dijaga.
Namun, untuk saat ini masyarakat sudah tidak tahan dengan perlakuan yang tidak adil tersebut. Karena selain harga beras miskin yang sudah dinaikan dari harga sesungguhnya Rp 1.600 menjadi Rp 2.000 per kilogram, dengan alasan untuk honor pengelola. Namun, setelah ada lagi kejadian pembagian jatah raskin yang tidak adil pihaknya seolah merasa muak dengan keadaan yang terus berulang-ulang tersebut.
Selama ini, lanjut Arakian, pemerintah desa selalu saja punya beras raskin lebih yang dijual kepada masyarakat setiap kali digulir. Padahal, menurutnya, jatah Raskin itu jumlahnya sudah disesuaikan dengan berapa jumlah keluarga penerima Raskin di suatu desa. Sehingga semua Raskin yang masuk ke desa pasti habis terdistribusi kepada masyarakat penerima. "Kenapa di Kolontobo masih ada raskin sisa yang dijual lagi kepada masyarakat," kata Arakian.