Ratih Asmana Ningrum, Peneliti Protein Antikanker sehingga Murah dan Mudah
Gunakan Media Ragi Tempe untuk Hemat Biaya Ratusan Juta Rupiahjpnn.com - Pengobatan penyakit kanker dan hepatitis sangat mahal dan sulit. Dr Ratih Asmana Ningrum mencoba mengatasi masalah itu dengan mengembangbiakkan protein antikanker dan hepatitis interferon Alpha-2B dengan cara sederhana dan murah.
M. Hilmi Setiawan, Jakarta
PUNCAK penganugerahan L'Oreal-UNESCO For Women in Science National 2013 di perpustakaan Universitas Indonesia kemarin berlangsung meriah. Dengan ruangan yang tidak terlalu luas, kemeriahan sangat terasa.
Suasana semakin riuh ketika Presiden Direktur PT L'Oreal Indonesia Vismay Sharma mengumumkan para pemenang. Tepuk tangan mengiringi pengumuman pemenang yang salah seorang dii antara mereka adalah Ratih Asmana Ningrum, 34, dari Bioteknologi LIPI. Karya Ratih mengundang apresiasi dewan juri karena menyodorkan penelitian yang bersinggungan langsung dengan kondisi Indonesia terkini, semakin mengancamnya penyakit kanker dan hepatitis
Perempuan kelahiran Bandung, 18 Juni 1979, itu mengatakan bahwa pengobatan kanker dan hepatitis yang umum digunakan saat ini berbahan dasar sama, yakni protein interferon Alpha-2B. "Selama ini laporan yang berkembang menyebutkan, penggunaan protein itu cukup efektif. Tingkat kesembuhannya tinggi," ujar Ratih.
Tetapi, kendalanya adalah biaya pengadaannya yang mahal. Penderita penyakit semakin susah karena intensitas penggunaan yang tinggi.
Penderita hepatitis misalnya. Mereka harus menggunakan protein itu tiga kali seminggu selama 48 minggu. Dengan harga rata-rata protein interferon Alpha-2B sekitar Rp 2,5 juta untuk sekali pakai, itu berarti biaya obat tersebut Rp 360 juta. Ongkos itu belum menghitung jasa dokter atau tenaga medis yang membantu proses injeksi.
Perempuan yang menamatkan S-2 dan S-3 di Sekolah Farmasi ITB itu mengatakan, biaya pengadaan protein interferon Alpha-2B itu bisa dicarikan solusi dengan menciptakan produk lokal. Sejak dua tahun terakhir, Ratih dibantu teman-teman sejatinya mengembangkan protein interferon Alpha-2B lokal.