Ratusan Ribu Warga Akan Ikut Pemilu Australia, tetapi Masih Banyak yang Perlu Bimbingan
Seperti banyak pemilih baru yang diajak bicara oleh ABC, Han mengatakan bahwa dia ingin menemukan informasi yang dapat diakses tentang kebijakan pemerintah dan partai yang dapat menjadi dasar pilihan suaranya.
"Saya tidak merasa seperti saya telah diberikan informasi yang cukup tentang setiap partai atau masing-masing calon individu sama sekali," katanya.
Risiko disinformasi
Menurut Esther Chan, editor biro Australia FirstDraft, sebuah organisasi nirlaba yang meneliti disinformasi online dan memberikan pelatihan literasi media, jika informasi yang kredibel tidak mudah diakses, ada risiko pemilih dapat lebih mudah terpapar informasi yang salah.
Esther mengatakan AEC atau lembaga pemilihan Australia, telah sangat baik dalam mengatasi penyebaran disinformasi dalam platform media sosial utama seperti Twitter.
Tetapi komunitas diaspora yang mungkin tidak menggunakan platform tersebut bisa lebih rentan terhadap kesalahan informasi.
"Komunitas yang tidak menggunakan platform [mainstream Australia] sebanyak itu, mereka mungkin tidak mengetahui jumlah informasi yang sama," kata Esther.
Esther mengatakan dalam enam bulan terakhir FirstDraft telah mengidentifikasi sirkulasi narasi pemilu yang menyesatkan seputar kecurangan pemilih di Australia, mirip dengan yang muncul selama pemilu AS.
Ini adalah sesuatu yang mengkhawatirkan bagi Romel Lalata, sehingga mengajak warga seperti dirinya sendiri untuk mengecek kebenaran informasi dan "memilih dengan bijak".