Ratusan Rumah Terendam Banjir, Warga Minta Dibangun Kanal
jpnn.com - BATAM - Ratusan rumah di kawasan Melcem, Batuampar terendam banjir, Rabu (13/7) pagi. Mirisnya, banjir sepinggang orang dewasa tersebut bukan kali ini saja, tapi hampir terjadi setiap kali hujan turun.
Eva, salah satu warga Seitering, Melcem tampak sibuk menguras air yang masuk ke dalam rumahnya. Wanita berusia sekitar 40 tahun ini mengaku air sempat mengenangi rumahnya setinggi satu meter. ”Setiap hujan pasti banjir. Ini hujan sebentar saja tinggi airnya sudah satu meter, apalagi kalau lebih lama,” kata Eva kepada batampos (Jawa Pos Group), Rabu (13/7).
Toko Masyarakat Melcem, Rahmat Munte menyesalkan kondisi banjir di kawasan tempat tinggalnya yang tak pernah diselesaikan oleh pemerintah. Padahal beberapa tahun lalu, Gubernur Kepri yang ketika itu dijabat alhmarhum M Sani berjanji akan membangun kanal untuk mengatasi banjir. Namun hingga kini belum terealisasikan, sehingga warga tetap merasakan banjir.
Mewakili masyarakat, ia berharap agar Gubernur Kepri, Nurdin Basirun bisa menindaklanjuti janji ataupun komitmen dari alhamrhum Sani. Apalagi janji itu disampaikan di depan warga Melcem. ”Sedih rasanya melihat Melcem ini banjir terus. Ada enam RW dengan lebih dari 30 RT yang kebanjiran setiap hujan turun. Dan tingginya juga sudah sepinggang orang dewasa,” sebutnya.
Tak hanya itu, lanjut Rahmat, penyebab lain terjadinya banjir adalah beberapa titik aktivitas reklamasi di daerah tersebut. Para perusahaan atau pemilik lahan reklamasi tidak memikirkan dampak reklamasi yang dilakukan di daerah tersebut, yang kemudian menutup tempat lalunya air hujan ke air laut dan menyebabkan banjir kian tinggi.
”Ulah dari pada investor yang melakukan reklamasi tanpa memikirkan efek untuk warga. Kita tak menghalangi investor, namun mereka tak memikirkan kita hingga menyebabkan banjir. Banjir ini juga sudah sampai setinggi perut,” terang Rahmat.
Camat Batuampar, Leo Putra mengatakan banjir sudah menjadi hal rutin yang diderita warga kawasan Melcem setiap hujan turun. Sebab, arah air hujan dari Batuampar dan sekitarnya selalu bermuara di Melcem karena kecungan daerah tersebut. ”Dari mana-mana arahnya kesini (Melcem), kondisi daerah ini lembah atau cekungan,” ujar Leo.
Apalagi, lanjut Leo, di daerah tersebut sudah banyak terjadi aktivitas reklamasi. Sehingga arus air hujan terhalang hingga sampai ke laut. Warga pun telah meminta agar reklamasi tidak dilakukan di tempat arus air bermuara. ”Air terhalang, sekarang masyarakat minta agar dibukalah (timbunan) sampai ke laut, biar tak banjir lagi,” jelas Leo.