Ratusan Siswa SLB Rayakan Hari Down Syndrome
jpnn.com, JAKARTA - Stigma negatif terhadap anak-anak penyandang disabilitas, khususnya down syndrome, masih melekat erat di masyarakat.
Seringkali, mereka diberikan label sebagai sebuah penyakit, bahkan kutukan. Namun, hal ini ditepis oleh 200-an siswa penyandang down syndrome se-DKI Jakarta.
Bersama temannya dari sekolah inklusi, mereka memeringati Hari Down Syndrome Sedunia, di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pembina Tingkat Nasional, Lebak Bulus, Jakarta. Hari Down Syndrome Sedunia diperingati pada 21 Maret tiap tahunnya.
Sri Renani Pantjastuti, Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus Layanan Khusus Ditjen Dikdasmen Kemendikbud, menjelaskan pemilihan kegiatan olah raga pada peringatan Hari Down Syndrome Sedunia tahun ini bertujuan untuk mendukung para siswa penyandang disabilitas agar mampu menunjukkan keberanian, kemampuan, dan keahlian, serta merasakan kebahagiaan.
“Dengan berolahraga bersama, para penyandang down syndrome dan tuna grahita lainnya mampu menunjukkan keberanian, merasakan kebahagiaan dan memerlihatkan kemampuan, keahlian dan persahabatan dengan keluarga, sesama atlet special olympics, dan juga masyarakat luas," ujar Renani saat Peringatan Hari Down Syndrome Sedunia, di SLB Pembina Tingkat Nasional, Lebak Bulus, Kamis (30/3)
Peringatan tahun ini, lanjut Renani, bekerja sama dengan Special Olympics Indonesia atau SOIna, yaitu organisasi yang khusus menyelenggarakan pelatihan dan kompetisi olah raga bagi penyandang Disabilitas.
Organisasi ini telah mendapatkan akreditasi dari Special Olympics International (SOI).
Tercatat, tiap tahun, para atlet binaan SOIna selalu berhasil meraih medali emas dalam berbagai ajang kompetisi olahraga penyandang disabilitas tingkat internasional.