Ray Chaerudin, Latih Anjing-Kucing selama Sebulan untuk Adegan 20 Detik
RAY Chaerudin punya hobi memelihara aneka satwa. Dia mampu mengarahkan hewan jinak tersebut untuk beradegan dalam film cerita atau klip iklan.
-------------------
Laporan Gunawan Sutanto, Jakarta
------------------
’’Aku dilahirkan pada 17 Desember 1942, ketika perang tengah berkecamuk di Pasifik. Kira-kira pada usia 5 tahun, aku masuk sekolah Shinwa, di SMP Strada dari kelas 1 aku naik ke kelas 2.’’
Suara seorang laki-laki itu keluar sebagai narasi pembuka film Gie, biografi Soe Hok Gie, aktivis yang menentang rezim diktator Soekarno dan Soeharto. Saat suara tersebut perlahan hilang, muncul adegan ayah Soe Hok Gie, Soe Lie Pit, tengah memberi makan dua ekor anjing dan seekor kucing.
Tidak banyak penonton yang memperhatikan secara khusus adegan itu. Durasinya memang tidak lebih dari 20 detik. Tetapi, siapa sangka, persiapan pengambilan adegan tersebut butuh waktu sebulan.
Orang di balik kesuksesan adegan binatang tersebut adalah Ray Chaerudin, pelatih satwa tamatan Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (FFTV-IKJ). Dalam film Gie, ada lima adegan yang memperlihatkan kehidupan anjing dan kucing. Semua berjalan mulus karena keahlian Ray mengarahkan dua hewan rumahan itu.
’’Sebenarnya ada adegan kucingnya pas makan satu piring dengan dua anjing. Tetapi, mungkin durasinya terlalu lama sehingga dipotong,’’ ungkap Ray saat ditemui di rumahnya yang asri di kawasan Jati Sampurna, Bekasi, Kamis (21/5).
Dia tidak ingat lagi sudah berapa sinema dan iklan yang pernah memanfaatkan jasanya dalam pengambilan gambar satwa. ’’Saya berkiprah di dunia satwa sejak kuliah, sekitar 1995,’’ ujarnya.
Profesi animal director itu bermula ketika Ray diminta kawannya di FFTV-IKJ. Ketika itu, temannya sedang mengarap proyek film yang di dalam scene-nya ada adegan gerakan ular.
’’Waktu itu, teman-teman tahunya saya punya peliharaan ular. Jadi, diajaklah saya dalam produksi itu,’’ kenang pria yang di rumahnya memelihara banyak anjing, kucing, sampai musang tersebut. Sejak saat itu, keahlian Ray dalam mengarahkan satwa menyebar dari mulut ke mulut di antara para sineas dan kru film.