'Reaktor Nuklir itu seperti Pabrik Minyak Goreng'
Bekerja sebagai tim maintenance reaktor nuklir, Yusi memiliki segudang pengalaman. ”Saya juga sering ditugasi menjadi pembimbing teknisi-teknisi nuklir baru,” kata lulusan program master (S-2) teknik keselamatan nuklir di Universitas Otto von Guericke, Magdeburg, Jerman, itu.
Setiap menatar calon-calon teknisi nuklir belia, Yusi tidak mengumbar isu-isu negatif tentang keberadaan reaktor nuklir. Sebab, dia meyakini, selama reaktor nuklir dijalankan sesuai prosedur, tidak akan ada bahayanya. ”Saya sering mengibaratkan reaktor nuklir itu seperti pabrik minyak goreng,” kata pria kelahiran Nganjuk, 4 Juli 1962, tersebut.
Alasannya, semuanya sudah diatur dengan matang sebelum benar-benar dioperasikan. Mulai urusan bahan bakar reaktor berupa elemen bakar berisi uranium, urusan mekanikal, hingga kimia air harus ditetapkan sesuai aturan sebelum reaktor nuklir dinyalakan.
Skema seperti itu, menurut Yusi, sama dengan pengoperasian pabrik minyak goreng. ”Bahan baku minyaknya disiapkan dulu. Kemudian kesiapan mesinnya dicek satu per satu, baru dinyalakan. Sama, bukan?” kata teknisi nuklir yang hobi olahraga bela diri tersebut.
Yusi menceritakan, pada prinsipnya teknisi nuklir terdiri atas dua tim. Tim pertama mengurusi perawatan atau maintenance dan tim kedua bertanggung jawab di bidang operasi. Keduanya memiliki tanggung jawab yang sama besar. Namun, keduanya memiliki waktu bekerja yang berbeda.
Menurut Yusi, tim perawatan bekerja ketika reaktor nuklir sedang dalam masa perawatan. ”Ketika masa perawatan, reaktor dalam posisi shutdown,” katanya. Reaktor nuklir di Serpong dimatikan untuk perawatan rutin secara berkala. Ada perawatan yang bersifat bulanan, tiga bulanan, semesteran, hingga tahunan.
Perawatan yang dilakukan antara lain adalah pengecekan bahan baku uranium di inti reaktor nuklir atau disebut teras reaktor. Kemudian juga melakukan perawatan-perawatan umum seperti penggantian minyak pelumas mesin-mesin tertentu.
Selama bekerja mengurusi perawatan reaktor nuklir, Yusi menyatakan belum pernah menemui kondisi darurat. Meski Pulau Jawa, khususnya Jawa bagian barat, sering diguncang gempa bumi, reaktor tetap aman. Reaktor itu merupakan buatan Jerman. Hampir 100 persen komponennya masih asli seperti saat diresmikan pada 1987. ”Termasuk konstruksi bangunan gedungnya, juga masih sama seperti dulu,” papar sulung lima bersaudara itu.