Rektor IPB: Indeks Ketahanan Pangan Indonesia Lebih Tinggi Dibanding Ethiopia, Filipina dan Pakistan
jpnn.com, BANDA ACEH - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengatakan indeks ketahanan pangan Indonesia terus mengalami peningkatan.
Mengacu data Global Food Security Index, indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2014-2019 mengalami kenaikan dan terus membaik, sehingga lebih tinggi dari Ethiopia, Filipina, Pakistan dan negara berkembang lainnya.
Dia lantas membeberkan bahwa indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2014 mencapai 46,5 indeks, 2018 (54,8 indeks) dan 2019 (62,6 indeks).
"Sehingga Indonesia menduduki peringkat 62 dari 113 negara dunia atau peringkat 12 dari 23 negara Asia Pasifik," kata Arif saat memberi Kuliah Umum di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Sabtu (20/2).
Sebagai informasi, data GFSI 2019 menyebutkan Indonesia menempati peringkat 62, lebih tinggi dibanding Ethiopia dengan peringkat 91 (49,1 indeks), Filipina peringkat ke 64 (61 indeks) dan Pakistan peringkat 78 (56,8 indeks) dan India peringkat 72 (58,9 indeks).
Arif lantas menjelaskan bahwa indeks ketahanan pangan berbeda dengan indeks keberlanjutan pangan, karena keduanya memiliki indikator yang berbeda.
Indeks ketahanan pangan diukur dari 4 kelompok indikator, yakni keterjangkauan, ketersediaan, kualitas dan keamanan, serta ketahanan sumber daya alam.
Sementara itu Indeks keberlanjutan pangan diukur dengan tiga kelompok indikator yaitu penyusutan dan limbah pangan (food loss and waste), pertanian perkelanjutan, dan beban masalah gizi.
Kedua indeks tersebut diterbitkan oleh The Economist Intelligence Unit (EIU), dan indeks yang terbaru adalah berasal dari data tahun 2019 dan 2018. Artinya kedua Indeks tersebut menggambarkan situasi pada tahun tersebut.
Arif menyebutkan, terkait posisi Indonesia tahun 2018 yang lebih rendah dari Ethiopia, itu adalah indeks keberlanjutan pangan dan bukan indeks ketahanan pangan.