Rektor Setuju Siswa Sering Tawuran, Sekolah Dibekukan
BOGOR - Rektor Universitas Pakuan, Bogor, Bibin Rubini mengatakan, ada pembiaran terhadap kasus tawuran yang terus terjadi di Kota Bogor. Tidak ada tindak lanjut tegas dari pemkot. Seharusnya, ada keberanian dari Disdik untuk menindak sekolah yang kerap tawuran.
Misalnya, kebijakan yang dilakukan Bupati Purwakarta memberhentikan sekolah yang sering terlibat tawuran menerima siswa baru.
“Karena ada kemungkinan semua ini kan turun-temurun dari seniornya. Jadi, hentikan terus bertambahnya siswa yang akan dipengaruhi kakak kelasnya, karena mereka pasti solid,” tambahnya.
Kedua, sekolah harus lebih memperhatikan intensitas pembelajaran anak di jam-jam belajar. Jangan membiarkan anak tidak belajar, yang mengakibatkan mereka keluar dalam jam tersebut dan nongkrong ditempat-tempat yang memicu adanya tawuran.
“Guru harus lebih intens memberikan pelajaran dalam waktu-waktu yang seharusnya dipakai mereka untuk belajar, bukan membiarkan mereka bebas,” ungkap Bibin.
Kondisi sekolah pun harus diperhatikan. Sekolah harus menciptakan suasana sekolah yang bersih, nyaman, dan aman, agar betah belajar atau memperbanyak aktifitas dalam sekolah, bukan di luar sekolah.
“Terakhir yaitu, orangtua, jaman sekarang orangtua sudah tidak terlalu memperhatikan anaknya ngapain aja di sekolah, apakah mereka belajar, belajar apa saja, apa saja yang ada di tasnya. Kebanyakan orangtua jaman sekarang terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri,” pungkasnya.
Terpisah, pengamat pendidikan, Endin Mujjahidin mengatakan, harus ada perubahan strategi dalam memberi sanksi kepada anak-anak bermasalah yang terlibat dalam tawuran.
“Seperti sanksi represif, preventif dan edukatif mungkin sudah monoton. Sekolah membuat jera dengan mengeluarkan anak itu harus dipikirkan anak itu ke depannya bagaimana,” jelasnya, kemarin.
Harusnya, kata Endin, ada strategi baru seperti, rehabilitasi yang memikirkan anak ke depannya setelah dikeluarkan bagaimana atau siswa dilarang berhubungan dengan anak-anak, yang memang berpengaruh buruk.
“Pola baru, juga bisa sistem mentoring yang mewajibkan guru mempunyai hubungan dengan siswa atau mahasiswa untuk terus memantau perkembangan anak. Disdik harus memikirkannya baik-baik, jangan hanya dikeluarkan, lalu dibiarkan saja anak tersebut berkeliaran, anak tersebut juga merupakan aset bangsa,” tambah Endin.(cr27/c)