Relawan Kita Siap Memperjuangkan Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta
Karena, menurut Ridwan Kamil, apa yang terjadi di Jakarta tidak terlepas dari apa yang terjadi di tingkat nasional dan global.
Dia melanjutkan Jakarta butuh perubahan. Dengan anggaran yang begitu besar, sekitar Rp 80 triliun untuk melayani penduduk sekitar 11 juta, ditambah sekitar 1,3 juta warga Botabek (Bogor, Tangerang, dan Bekasi) yang commuting setiap hari, harusnya ada gagasan-gagasan kelas dunia yang terwujud di kota ini.
"Sayang sekali jika Jakarta dengan potensi yang demikian besar ini dikelola secara business as usual,” ujar eks Gubernur Jawa Barat itu.
Tantangan mengelola Jakarta, Ridwan Kamil melanjutkan, adalah tetap menjaganya menjadi kota yang humanis di tengah segala kemajuan dan dinamika.
“Di kota sebesar Jakarta, seperti juga di New York, London, atau Beijing, semua ada. Dari konglomerat sampai orang miskin, teknologi tinggi sampai rumah kumuh. Mau makan atau fesyen yang jutaan ada, tapi yang masih susah makan juga ada. Maka dalam mengelola sebuah kota, kita harus melihat apa yang menjadi esensi sebuah kota, yakni manusia. Kota untuk manusia, bukan manusia untuk kota,” papar Ridwan Kamil.
Dengan melihat manusia sebagai esensi kota, Ridwan Kamil menilai strategi pembangunan kota akan adil sangat cocok bagi Jakarta.
"Adil artinya ditempatkan sesuai proporsi dan kebutuhannya. Adil itu bukan sama rata-sama rasa, tapi sesuai dengan kebutuhannya. Ibaratnya, anak SD, anak SMP, dan anak SMA tidak bisa sama-sama dikasih uang jajan Rp 100 ribu. Itu malah merusak. Tetapi kita lihat dengan saksama, apa yang dibutuhkan, bagaimana melakukan perbaikan terhadap nasib manusia, apa dan berapa sumber daya yang dibutuhkan. Inti dari seni memimpin kota adalah memahami manusia dengan segala harapan, cita-cita, ketakutan, dan kecemasannya,” ujar Ridwan Kamil yang pernah bekerja di Departemen Perencanaan Kota Berkeley, California, AS. (mcr10/jpnn)