Rendang Babi
Oleh: Dhimam Abror DjuraidDalam tatanan masyarakat Minangkabau, rendang memiliki posisi yang terhormat.
Makna filosofi rendang bagi masyarakat Minangkabau adalah musyawarah dan mufakat, berangkat dari empat bahan pokok yang menggambarkan keutuhan masyarakat Minangkabau.
Empat bahan tersebut adalah dagiang atau daging sapi, melambangkan niniak mamak (para pemimpin suku adat), karambia (kelapa) melambangkan cadiak pandai cerdik pandai dan kaum intelektual), lado (cabai) melambangkan alim ulama yang tegas mengajarkan syariat agama, dan pemasak (bumbu) melambangkan keseluruhan masyarakat.
Masyarakat Minangkabau biasanya menyajikan rendang sebagai hidangan utama dalam setiap perayaan adat, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
Dalam tradisi Melayu, rendang adalah hidangan istimewa yang wajib ada pada kenduri khitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji, atau perhelatan keagamaan lainnya.
Beberapa hari belakangan ini rendang dan nasi padang menjadi trending topic dan viral di media sosial gegara muncul warung padang yang menyajikan menu rendang babi.
Warung Padang itu mengunggah konten di media sosial dan menamakan dirinya ‘’Babi Ambo’’ yang artinya ‘’Babi Saya’’.
Unggahan ini kontan memantik protes dari banyak tokoh dan diaspora Minangkabau di seluruh Indonesia.