Repatriasi Rohingya Jalan Ditempat
jpnn.com, CHAKMARKUL - Para pengungsi Rohingya masih menyesaki perbatasan Myanmar-Bangladesh hingga kemarin, Senin (2/7). Seharusnya, mereka sudah mulai pulang ke kampung halaman masing-masing di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, sejak Januari. Tapi, repatriasi yang sudah disepakati dua negara per November lalu masih jalan di tempat.
”Kaum Rohingya yang hendak kembali ke Myanmar ini membutuhkan jaminan keadilan dan keselamatan,” kata Sekjen PBB Antonio Guterres dalam jumpa pers kemarin.
Menurut dia, kamp pengungsi di Bangladesh tak lagi layak ditinggali. Tapi, para pengungsi Rohingya itu tidak bisa asal dipulangkan ke Myanmar tanpa jaminan keamanan dan keselamatan dari pemerintah setempat.
Kepada Perdana Menteri (PM) Syekh Hasina, diplomat asal Portugal tersebut menegaskan bahwa PBB akan selalu membantu Bangladesh dalam mengurusi para pengungsi Rohingya. Hal yang sama juga disampaikan Presiden World Bank Group Jim Yong Kim dan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi.
Kemarin mereka berdialog dengan para pejabat pemerintah dan menyambangi para pengungsi di Distrik Cox’s Bazar. ”Repatriasi harus dilakukan sesuai dengan standar internasional. Para pengungsi Rohingya harus sukarela pulang ke Myanmar, tanpa paksaan,” kata Guterres. Yang paling penting, mereka juga menerima jaminan keamanan.
”Masih ada banyak hal yang perlu dibenahi sebelum Myanmar siap menghadapi gelombang repatriasi,” kata Peter Maurer, presiden Palang Merah Internasional (ICRC). Minggu (1/7) Maurer berkunjung ke Bangladesh.
Dia menemui para pengungsi Rohingya yang tinggal di Distrik Cox’s Bazar dan berbincang dengan mereka. Sebelumnya, dia mengunjungi Myanmar dan menyempatkan diri mengecek kamp penerimaan sekaligus kamp transit di negara tersebut.
Menurut pria asal Swiss tersebut, Myanmar belum siap menerima kembali para pengungsi Rohingya. Namun, Bangladesh pun tidak mampu lagi menahan mereka lebih lama.