Restoran Indonesia di Australia Tetap Berusaha Pertahankan Pegawainya di Tengah Lockdown Corona
"Jadi misalnya yang tadinya waitress saya tawarkan untuk delivery, terus staff front house saya yang perempuan bisa bikin jajanan rumah, saya minta untuk kerja di dapur," katanya.
"Kepada floor staff saya yang bisa media sosial dan adalah sarjana Komunikasi Pemasaran saya bilang, 'sekarang kita tidak butuh 'waitress', tapi butuh 'social media advertising', jadi kamu sambil mencatat pesanan sambil mengurus itu [media sosial]."
Pentingnya dukungan komunitas
Menurut Alicia, untuk memaksimalkan pendapatan di saat restoran menjalankan bisnis dengan terbatas, yang perlu dilakukan adalah 'online presence' atau promosi secara online, selain jenis pemasaran lainnya.
"Kami sekarang masih menerapkan free delivery. Dan untuk pick up [atau ambil makanan di restoran] kami berikan diskon 10 persen," katanya.
Alicia memperkirakan kondisi seperti ini "akan lama" dilalui oleh pelaku industri kuliner di Australia, karenanya sangat penting untuk memberitahu orang sebanyak-banyaknya soal layanan 'takeaway' atau 'pick up' dan 'delivery'.
"Kami harus benar-benar mengubah dari mengharapkan pelanggan untuk datang dan mulai investasi untuk pemasaran di Facebook."
Sebagai seorang pemilik restoran yang sudah berdiri enam tahun, Alicia merasa harus melakukan usaha lebih banyak untuk meraih pendapatan di tengah pandemik COVID-19.