Revolusi Ekonomi Sepeda Motor
Minggu, 01 Januari 2012 – 08:36 WIB
Dulu golongan ini terjerat dalam siklus pemborosan yang luar biasa. Untuk ke kantor mereka naik kendaraan umum yang bahkan harus dua kali ganti. Atau hanya sekali naik kendaraan umum tapi harus menyambungnya dengan becak. Biaya untuk angkutan umum itu bisa mencapai 80% dari gaji mereka. Untuk apa bekerja kalau 80% gaji habis untuk kendaraan? Pilihan bagi mereka tidak sebanyak itu. Tidak bekerja berarti tidak punya penghasilan sama sekali. Dengan tetap bekerja, setidaknya eksistensi dan kehormatan sebagai manusia tetap terjaga.
Kini, dengan kemudahan system keuangan, prosentase biaya transportasi itu bisa membaik. Dengan system kredit sepeda motor yang kian ringan tidak perlu lagi ada uang di depan yang terlalu besar. Memang semasa cicilan belum lunas prosentase pengeluarannya tetap tinggi, tapi turun drastis setelah masa cicilan sepeda motornya selesai.
Di samping untuk berangkat/pulang kerja, sepeda motor itu masih bisa untuk mengantar anak sekolah, mencari obyekan, bersilaturahmi dan mengangkut barang sekedarnya. Semunya memiliki dampak pada produktifitas manusia.