RI Lebih Kuat Dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Ketimbang AS
Deni menjelaskan, perekonomian Indonesia saat ini jelas berbeda dengan 1997. Kini, OJK telah menjalankan pengendalian resiko alokasi kredit dengan seksama dengan memantau tiga variable utama yaitu peningkatan standar pemberian kredit (lending standards), peningkatan hambatan kredit (credit constrains), serta peningkatan harga resiko (price of risk).
“Upaya peningkatan dari price of Risk dan peningkatan lending standards terbukti mampu menetralisir peningkatan risk appetite sehingga peningkatan credit demand dan peningkatan credit supply hanya meningkatkan credit volume dan tidak meningkatkan resiko dari alokasi kredit (riskiness of credit allocation),” paparnya.
Inilah keunggulan OJK! Di negara seperti Turki, India dan Argentina, upaya penerapan harmonisasi sector keuangan masih belum mampu mengurangi riskiness of credit allocation.
“Bank sentral di ketiga negara tersebut juga selalu terlambat dalam menaikan tingkat suku bunganya, sehingga kebijakan moneter menjadi mandul dalam meredam pelemahan mata uang,” ungkapnya.
Inilah keunggulan BI! Dengan model kerja sama BI dan OJK yang jitu itu maka perusahaan di Indonesia memiliki kinerja laba (earnings) yang lebih baik ketimbang perusahaan di India, Turki dan Argentina.
Bukan hanya kinerja labanya yang lebih tinggi tetapi juga trennya terus meningkat sementara itu tren kinerja India, Turki dan India justru juga justru terus menurun. Secara riil harga saham di Indonesia sudah undervalued.
Artinya, kata Deni, saat ini adalah time to buy. Jika dibarengi anggaran belanja negara pemerintah yang berimbang, maka efektifitas kebijakan expenditure switching dan expenditure reducing yang dijalankan BI dan OJK, dapat menciptakan surplus neraca perdagangan.
“Paling lambat akan terjadi pada November 2018," tegas Deni.(fri/jpnn)