RI Targetkan Jadi Produsen Kakao Terbesar Dunia
JAKARTA--Saat ini Indonesia masih menjadi produsen kakao terbesar ketiga sejagat setelah Pantai Gading dan Ghana. Dengan melihat perkembangan industri pengolahan kakao yang semakin pesat, pemerintah menargetkan untuk menjadi produsen
terbesar dunia.
Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Faiz Achmad menyatakan, saat ini Indonesia masih memiliki lahan luas yang sangat cocok untuk ditanami kakao. Tahun ini sedikitnya ada enam produsen kakao yang masuk di Indonesia. Total kapasitasnya 430 ribu ton per tahun. Itu akan menyerap produksi kakao dan meningkatkan gairah petani.
"Dengan lahan yang tersedia, kami optimistis Indonesia dapat menyalip posisi Pantai Gading untuk menjadi produsen biji kakao terbesar di dunia," katanya dalam peringatan Hari Kakao Indonesia di Jakarta kemarin.
Beberapa industri pengolahan kakao yang masuk yakni Cargill dari Amerika, Archer Daniels Midland (ADM) dari Singapura, JB Cocoa dari Malaysia, PT Asia Cocoa Indonesia, Barry Callebout dari Swiss, dan PT Nestle Indonesia. Tiga produsen yakni Cargill, ADM, dan JB Cocoa, memproduksi kakao olahan jenis premium. Produksi mereka ditujukan untuk pasar ekspor "ke negara-negera maju, khususnya Eropa.
Faiz mengatakan, geliat industri pengolahan kakao itu merupakan salah satu bukti keberhasilan pemerintah dalam mengembangkan hilirisasi industri komoditas tersebut.
"Sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan bea keluar atas ekspor biji kakao melalui pada 2010 lalu, banyak investor yang menanamkan modalnya untuk membangun pabrik olahan di Indonesia. Berdasarkan catatan Kementrerian Perindustrian pada 2010 lalu Indonesia "hanya memiliki tujuh perusahaan pengolahan kalao. Saat ini sudah bertambah
menjadi 17 perusahaan.
"Pada 2015 nanti kami menargetkan industri olahan kakao menjadi 20 perusahaan dengan kapasitas 950 ribu ton per tahun," katanya. Untuk mendukung itu, pemerintah menyediakan insentif berupa tax allowance bagi investor. Terutama bagi investor yang mau mengembangkan industri di Indonesia Timur. Faiz menambahkan, saat ini pertumbuhan permintaan kakao tumbuh lima persen per tahun. Capaian itu masih bisa dikembangkan. Sebab, konsumsi kakao di beberapa negara seperti Tiongkok dan India masih rendah.
Berbeda dengan biji kakao yang terus menurun, ekspor produk olahan kakao terus meningkat. Tahun lalu ekspor biji kakao hanya mencapai 163 ribu ton. Padahal pada 2011 mencapai "210 ribu ton dan pada 2010 mencapai 432 ribu ton. Sebaliknya, volume ekspor produk olahan kakao meningkat dari tahun 2010 sebesar 119.214 ton dan tahun lalu mencapai 215.791 ton. (uma/sof)