Riset Membuktikan Pasar Offline Mengakar di Indonesia
Menurutnya, laporan itu bisa mengidentifikasi pola dan perilaku konsumen dan brand lokal guna memberikan wawasan mengenai pertumbuhan mereka di Indonesia.
“Kami bermitra dengan Katadata Insight Center untuk mengidentifikasi strategi merek-merek lokal yang berhasil berkembang menjadi merek nasional, dengan harapan temuan yang diperoleh dapat membantu merek-merek yang sedang naik daun mencapai kesuksesan di tengah pasar dengan persaingan yang semakin jenuh,” tambahnya.
Ghufron membeberkan laporan itu membeberkan meskipun berdampak besar dan menjadi fokus perhatian dalam dekade terakhir, tetapi e-commerce masih merupakan bagian kecil dari perekonomian Indonesia. Dua dari tiga masyarakat Indonesia bukan pengguna aktif e-commerce.
Konsumen pada umumnya lebih menyukai saluran offline dibandingkan saluran online, meskipun saluran online menawarkan pilihan harga yang lebih baik. Masih rendahnya faktor kepercayaan membuat non-pengguna tidak tertarik berbelanja online.
"Di antara non-pengguna e-commerce, 85 persen enggan berbelanja online karena kekhawatiran terhadap kualitas produk yang dijual online; 79% khawatir barang tidak sampai dalam kondisi baik; dan 79% khawatir akan penipuan dalam transaksi online," katanya.
Kemudian, merek-merek national champion, terutama yang memiliki penjualan tahunan melebihi Rp 500 miliar, telah membangun kehadiran yang kuat di saluran offline, dan secara konsisten mengungguli rekan-rekan online mereka.
Semua merek national champion sepakat bahwa strategi multichannel sangat penting untuk brand awareness dan memandang saluran online dan offline sama pentingnya.
Namun, merek-merek national champion tetap mempertahankan kehadiran offline yang kuat untuk memenuhi permintaan nasional, terutama di kota-kota tier rendah.