Ritual Malam Jumat demi Raup Harta Melimpah, Tumbal Orang Tersayang
Namanya HR. Rumah batu permanen itu berada di lorong. Jaraknya sekitar 400 meter dari jalan poros Soppeng-Sidrap. Dindingnya bercat pink, plus beberapa mobil terparkir di garasi.
Kedatangan saya disambut istri pemilik rumah. Tak lama berselang, pemilik rumah HR muncul dengan kaus oblong putih kombinasi biru. Kopiah putih menghiasi kepalanya.
Perbincangan dimulai dari usaha yang dikembangkan HR. HR begitu semangat menceritakan usaha sarang burung walet dan empang yang baru digelutinya.
Bagi HR, awalnya Ia hanya membuka pengobatan tradisional. Lama kelamaan pengobatan itu beralih ke jasa pesugihan. Surat izin praktik pengobatan tradisional dalam bingkai kaca terpajang di dinding ruang tamu rumahnya.
Untuk menjadi anggota, kata HR, calon pengikut harus menyiapkan biaya atau uang mahar. Uang mahar sesuai tingkatan. Ia membagi tiga tingkatan.
Tingkat pertama diibaratkan SD, maharnya Rp5,75 juta, tingkat dua SMP, maharnya Rp6,75 juta, dan tingkat tiga SMA dengan mahar Rp8,75 juta.
“Dahulu, ada sekitar 10-an orang menggeluti jasa ini. Namun yang bertahan kini sudah dihitung jari,” begitu kata HR.
HR mengistilahkan pengikutnya dengan sebutan “silessureng” (saudara) . HR menggaransi pengikutnya bisa cepat kaya. Ia menyebut uang mahar sebagai biaya keperluan ritual.