Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Rocky Gerung: Zaman SBY Tanpa Omnibus Law Pertumbuhan 6 Persen

Senin, 24 Februari 2020 – 21:35 WIB
Rocky Gerung: Zaman SBY Tanpa Omnibus Law Pertumbuhan 6 Persen - JPNN.COM
Rocky Gerung. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Rocky Gerung heran atas alasan pemerintahan era Joko Widodo (Jokowi) ketika merancang Omnibus Law demi menarik investasi untuk pertumbuhan ekonomi. Menurut dia, alasan tersebut tampak dibuat-buat.

Rocky lantas membandingkan cara kerja Jokowi dengan pemerintahan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Di era SBY, kata dia, tidak terdapat Omnibus Law. Namun, pertumbuhan ekonomi tetap tinggi hingga enam persen.

Rocky mengatakan itu saat menjadi pembicara dalam diskusi berjudul "Omnibus Law RUU Tentang Cipta Kerja Untuk Siapa" di kantor Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Senin (24/2).

"Jadi, yang semestinya diperiksa kenapa tidak ada pertumbuhan di era Jokowi. Kalau mau enam persen pakai Omnibus Law. SBY enam persen tanpa Omnibus Law. Perbandingan itu membuat istana sedang menghina akal publik," kata dia.

Rocky menduga, getolnya pemerintah agar pemerintah mengesahkan Omnibus Law demi menguntungkan segelintir pihak. Menurut dia, keuntungan itu jelas bukan didapatkan oleh rakyat setelah Omnibus Law disahkan.

"Sekarang harus cari siapa yang punya kepentingan untuk Omnibus Law. Gampang, lihat saja. Seandainya UU ini disahkan, siapa yang mendapatkan quota impor. Mudah sekali," ujar dia.

Dalam kesempatan ini, Rocky turut mengkritisi aturan yang masuk di dalam Omnibus Law. Rocky pun menyinggung tentang aturan yang memungkinkan peraturan presiden bisa mengubah UU.

"Jadi kalau ada UU ini tidak efektif, akan ada peraturan untuk membatalkan pasal tidak efektif. Itu akan disebut dungu ahli hukum," kata dia. (mg10/jpnn)

Kalau mau enam persen pakai Omnibus Law. SBY enam persen tanpa Omnibus Law. Perbandingan itu membuat istana sedang menghina akal publik.

Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close