Rumah Batu Jambi, Rumah Juragan Rempah
Sepasang relief naga berpadu aneka flora terukir menghiasi kiri-kanan beranda menuju ruang utama. Sebelah sudah tak ada. Tinggal jejaknya saja.
Relief sepasang naga juga terlihat di puncak atap gapura. Di antara kedua naga ada sebuah mustika. Uniknya, coraknya berbeda dengan kebanyakan relief sejenis.
Bukankah kebanyakan relief serupa ini mustika berada di tengah, di antara kepala naga? Dua naga seolah berebut mustika?
Yang ini lain. Di kanan kiri mustika bukan ukiran kepala naga. Melainkan buntutnya. Sang naga seolah pergi meninggalkan mustika.
Meski milik orang Arab ada nuansa Cina di Rumah Batu. Wajar. Karena menurut kajian tim laporan tim Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Suaka, arsiteknya seorang Tionghoa bernama Datuk Shin Thai. Makamnya yang tak jauh dari Rumah Batu dikeramatkan orang.
Gerbang muka Rumah Batu menghadap Sungai Batanghari. Bisa dipastikan, ia dibangun pada zaman ketika sungai-sungai adalah jalan raya.
Waktu berlalu. Musim telah berganti. Zaman kejayaan rempah tinggal cerita. Kuasa kesultanan bersisa kenangan. Sungai-sungai bukan lagi jalan raya.
Dan rumah lamo pusako usang juragan rempah-rempah nan megah, kini memunggungi jalan aspal. Ia telah usang. Lekang dimakan panas. Lapuk didera hujan. (wow/jpnn)