Rumah Sakit Tolak Deportasi Bayi Asha
jpnn.com - SYDNEY – Rumah Sakit Anak Lady Cilento di Brisbane, Australia, kemarin (14/2) menolak putusan pengadilan agar mengembalikan bayi pengungsi ke Nauru. Pihak rumah sakit ingin tetap merawat bayi yang bernama Asha itu hingga ada rumah serta perawatan yang layak untuknya. Bayi yang masih berusia 1 tahun tersebut dibawa ke rumah sakit itu akhir Januari lalu setelah tersiram air panas saat berada di pusat detensi di wilayah Nauru.
Aksi tersebut didukung Menteri Kesehatan Negara Bagian Queensland Cameron Dick. ’’Saya sangat mendukung dokter-dokter maupun rumah sakit yang membuat keputusan klinis yang benar,’’ katanya.
Asha adalah bayi dari pencari suaka asal Nepal. Awal bulan ini pengadilan memutuskan bahwa 276 pengungsi harus dikirim ke Nauru. Termasuk Asha dan 36 bayi pengungsi lainnya yang lahir di Australia. Mereka sebelumnya memang dideportasi ke Nauru, tapi dibawa kembali ke Australia untuk menjalani perawatan kesehatan.
’’Kami sudah melihat bukti yang sangat banyak selama bertahun-tahun bahwa detensi melukai bayi dan anak-anak. Bukan hanya kesehatan fisik, tapi juga mentalnya,’’ tegas salah satu pendiri Doctor for Refugees Richard Kidd.
Selama ini, kebijakan pemerintah Australia tentang pengungsi memang sangat ketat. Pendatang gelap yang mencoba mencapai Australia dengan perahu akan dikirim ke Nauru atau Papua Nugini. Mereka dilarang tinggal di Australia meski benar-benar seorang pengungsi, bukanlah imigran gelap biasa.
Keputusan pengadilan yang mendeportasi 276 pengungsi di atas tidak didukung masyarakat. Gereja-gereja dan para aktivis bersatu untuk menghentikan pengiriman para pencari suaka itu ke Nauru. Pihak gereja bahkan siap menampung para pengungsi tersebut. Keputusan Rumah Sakit Anak Lady Cilento juga didasarkan atas dukungan dari pihak gereja dan para aktivis itu.
Kemarin massa yang tergabung dalam ActionAid, Amnesty International, GetUp!, serta Greenpeace juga melakukan aksi untuk menentang proses deportasi para pengungsi tersebut. Mereka membawa berbagai banner yang bertulisan #LetThemStay. Aksi massa dilakukan di pelabuhan Sydney dan di Rumah Sakit Anak Lady Cilento. (AFP/The Guardian/sha/c23/ami/flo/jpnn)