Rumah Tjong A Fie, Cagar Budaya yang Perlu Perhatian Pemerintah
Sejak saat itu budaya keluarga Tjong A Fie berubah 180 derajat. Perkawinan campur pun bukan lagi hal tabu. Itu sebabnya banyak keturunan Tjong A Fie yang berdarah Tionghoa-Eropa.
Satu hal yang menarik dari filosofi hidup keluarga Tjong A Fie. Kejujuran, kedermawanan, dan pendidikan merupakan hal utama. Jangan heran bila seluruh keturunan Tjong A Afie memiliki pendidikan tinggi dan merupakan jebolah perguruan tinggi luar negeri.
Sayangnya, rumah yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya ini tengah menghadapi kendala. Di beberapa bagian ruangan di lantai dua mulai rusak. Di sana-sini banyak yang bocor. Kayu penyangga lantai dua juga sudah lapuk dan harus segera diganti.
BACA JUGA: Sudah Lulus PPPK, Honorer K2 Tetap Berharap Revisi UU ASN Dituntaskan
Nyie Mie mengeluhkan, bila tidak direstorasi, bangunan bersejarah di lantai dua ini bisa ambrol. Sementara hingga saat ini tidak ada perhatian dari Pemda setempat.
Nyie Mie hanya bisa merawat bagian-bagian kecil seperti cat dan menggaji 12 pegawai dari hasil penjualan tiket masuk Rp 35 ribu per orang. Pernah Nyie Mie mengalami kesulitan keuangan lantaran sejak Januari hingga Mei 2019 sepi pengunjung. Mahalnya harga tiket pesawat berimbas pada tingkat kunjungan.
"Untunglah ada hajatan Lasenas jadi pengunjung ramai. Saya juga senang anak-anak remaja diajak ke sini agar mereka tahu bagaimana kehidupan Tjong A Fie yang asli Tionghoa dengan masyarakat lokal. Sangat akur, penuh kekeluargaan. Makanya saat kakek meninggal, ribuan masyarakat lokal ikut mengantar jenazahnya," tuturnya.
Saat ini Nyie Mie berharap pemerintah bisa merestorasi Rumah Tjong A Fie. Dia sadar biaya restorasi tidaklah sedikit. Namun, jika harus membebankan seluruhnya kepada keluarga Tjong A Fie sangat tidak mungkin.