Rupanya, Ulah Tujuh 'Naga' Penyebab Danau Toba Gagal jadi Geopark Dunia
“Sedang lima naga yang lain cuek-cuek, karena merasa hanya menjadi beranda. Jadi tidak kompak dan Pemprov Sumut tak mampu mengatasi,” cetusnya.
Hasilnya, penilaian dari Unesco sebagai panitia Geopark Dunia, memberikan nilai nol untuk aspek menajemen. “Padahal, nilai untuk aspek partisipasi masyarakat, tinggi sekali. Saya sempat bilang biar saya saja yang bikin pusat informasi, tapi pihak Unesco bilagn “tidak bisa”, harus pemerintah yang bikin. Ya karena saya ini kan dari kelompok civil society, bukan pemerintah,” ujarnya dengan nada menyesal.
Karena itu, Hinca sangat berharap Badan Otorita nantinya mampu menaklukkan naga-naga di sekitar Danau Toba yang keras kepala. “Setidak-tidaknya, saya berharap Badan Otorita yang nantinya mengoreksi kegagalan Danau Toba menjadi Geopark Dunia,” imbuhnya.
Hinca sendiri bukannya tanpa konsep. Panjang lebar dia membeberkan mengenai hebatnya kawasan sekitar Danau Toba. Ada tiga hal yang bisa “dijual”, yakni batu-batuan, kekayaan biologis, dan kultur budaya Batak yang unik.
Dia menyebut ada 100 spesies tumbuhan di Bukit Barisan, di sekitar Danau Toba, yang punya nilai jual tinggi. Dulu, dijaman VOC yang masuk mendompleng syiar agama Kristen, rempah-rempah di Barus diangkuti penjajah. Termasuk sirih itu, yang oleh penjajah melarang penggunaan daun sirih, nilam, dan jeruk purut dalam prosesi-prosesi adat leluluhur. Dengan mengatakan itu bertentangan dengan agama. Padahal, tujuannya agar komoditi itu bisa diangkut VOC. “Perlu diketahui, jeruk purut itu bahan minyak wangi terkenal di Paris,” ujarnya. “Dan ada 400-an jenis anggrek di sekitar Danau Toba,” imbuhnya lagi.
Mengenai budaya, Hinca cerita, penjajah VOC juga mempreteli kebiasaan-kebiasaan leluhur. “Jadilah orang Batak sekarang seperti orang Jerman, pergi ke gereja memakai jas, gak pakai ulos. Budaya Batak gak boleh mati!” ucapnya dengan nada tinggi, sembari mengacungkan jari telunjuknya.
Nah, tiga hal itu, yakni batu-batuan, kekayaan biologi, dan budaya, harus mampu dikelola Badan Otorita sebagai kekuatan pengembangan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia. Jika nantinya Badan Otorita hanya berkutat pada Danau Toba saja, Hinca yakin tidak akan berhasil menarik wisatawan.
Menurutnya, kekuatan sebuah destinasi wisata terletak pada keunikan budayanya. Dia memberi contoh Bali. Di Pulau Dewata itu, meski diskotik penuh dengan wajah-wajah bule, tapi beberapa meter dari situ tetap ada Pura, warga Bali khusuk beribadah. Pohon-pohon pun disarungi. Sebuah budaya yang menarik wisatawan.