Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Rupiah Lemah, Cadangan Devisa Bisa Ambruk

Kamis, 08 Maret 2018 – 18:03 WIB
Rupiah Lemah, Cadangan Devisa Bisa Ambruk - JPNN.COM
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Heri Gunawan menilai, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) hingga menyentuh angka Rp13.793, akan memberi beban terhadap perekonomian nasional.

"Rupiah baru saja terpuruk hingga menyentuh level Rp 13.800 per dolar AS. Itu adalah angka paling anjlok sejak 1998. Saya meminta pemerintah dan BI untuk tidak tinggal diam. Jika tidak, maka cadangan devisa bisa ambruk sehingga tak mampu lagi mengendalikan harga rupiah terhadap dolar AS," ucap Heri, Kamis (8/3).

Dia memandang pelemahan tersebut masih mungkin lebih parah lagi pada tahun ini. "Sinyal itu terlihat dari kebijakan The Fed yang mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, setelah empat kali kenaikan sebelumnya," kata Heri.

Kebijakan The Fed tersebut, imbuh Heri akan memicu bank sentral negara maju, seperti European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BOJ), melakukan pengetatan moneter.

"Itu adalah efek snowball yang sangat dikhawatirkan pelaku pasar. Sejumlah konsekuensi buruk yang akan dihadapi pemerintah dengan pelemahan rupiah di antaranya, struktur pendapatan dan belanja di APBN akan berubah akibat perubahan asumsi makro, beban terhadap neraca pembayaran luar negeri yang sudah pasti akan merugikan keuangan negara," tuturnya.

"Kemudian, nilai ekspor yang tidak kompetitif karena bahan baku kita 30-40 persen berasal dari impor, beban bunga utang yang bisa membesar dan kelesuan industri keuangan," imbuh politikus Gerindra ini.

Jika pemerintah tidak segera melakukan tindakan preventif, walaupun sebagian mengatakan indikasinya karena faktor global, maka pelemahan rupiah tersebut akan menjalar ke sektor riil. Harga-harga kebutuhan pokok bisa melambung, lebih-lebih beberapa kebutuhan dasar masyarakat seperti beras, masih impor.

Karena itu tindakan preventif pemerintah dan BI mesti segera dilakukan untuk menjaga psikologi pasar. Lebih-lebih pergerakan harga minyak mentah dunia naik cukup tinggi selama tiga bulan terakhir.

Rupiah anjlok hingga menyentuh level Rp 13.800, angka yang menurut politikus Gerindra paling anjlok sejak 1998.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News