Rusia, Ukraina, dan Sepak Bola
Oleh: Dhimam Abror Djuraid![Rusia, Ukraina, dan Sepak Bola Rusia, Ukraina, dan Sepak Bola - JPNN.COM](https://image.jpnn.com/resize/570x380-80/arsip/normal/2022/02/28/demonstran-membawa-spanduk-selama-protes-terhadap-operasi-mi-vfzv.jpg)
Rusia menginvasi Krimea pada 2014 dan menganeksasi menjadi bagian dari Rusia. Ukraina melawan aneksasi itu dan terjadi perang dahsyat.
Rusia memenangi perang dan merebut Krimea dan memasukkan ke dalam wilayah kekuasaannya. Dunia internasional tidak mengakui aneksasi itu dan Krimea tetap diakui sebagai wilayah Ukraina.
Putin menunjuk kroni-kroni kepercayaanya seperti Alexander Dyuko untuk memimpin perusahaan BUMN minyak sekaligus memimpin PSSI-nya Rusia. Dari sini terlihat bagaimana Putin menjadikan sepak bola sebagai kendaraan politik.
Jurnalis Amerika Serikat Franklin Foer menulis mengenai politik dunia dan globalisasi ‘’How Soccer Explains the World: An Un Likely Theory of Globalization (2004). Foer mengupas tentang fenomena globalisasi yang dikaitkan dengan dunia sepakbola.
Foer mengungkapkan kegagalan globalisasi dalam mengikis budaya tribalisme dan primordialisme yang mewarnai persaingan dalam sepakbola. Hal itu terlihat dari kisah holiganisme di berbagai penjuru dunia.
Foer juga membahas fenomena ekonomi dan sepak bola. Maraknya korupsi di dunia ketiga, arus migran di negara Eropa, dan bangkitnya oligarki baru seperti Silvio Berlusconi di Italia.
Foer juga menyoroti bagaimana sepak bola dipergunakan untuk membela nasionalisme dalam kasus sepak bola Spanyol yang melahirkan El-Clasico Barcelona vs Real Madrid. Foer menyaksikan bagaimana rivalitas di luar nalar yang tercipta antara dua tim musuh bebuyutan asal ibu kota Skotlandia, Glasgow: Celtic dan Rangers yang selalu melahirkan Derby Old Firm seperti perang.
Foer juga mengungkap udang di balik batu. Ketika sepak bola menjadi industri maka kebencian rasial dan agama bisa dijadikan uang. El Clasico dan Old Firm menjadi bisnis besar yang menghasilkan uang besar.