Ruwet, Koalisi Saudi Kini Berbalik Dukung Musuh Yaman
jpnn.com, ADEN - Sepekan setelah mendeklarasikan status darurat di Aden, Southern Transitional Council (STC) menggempur kota pelabuhan di Yaman tersebut. Minggu (28/1) pasukan STC yang biasa disebut sebagai Southern Transitional Force (STF) sukses mengambil alih gedung pemerintahan di Aden. Aksi militer itu mengakibatkan sedikitnya 12 nyawa melayang.
Perdana Menteri (PM) Yaman Ahmed bin Dagher menyebut aksi STC itu sebagai kudeta. ”Aksi militer tersebut merupakan konfrontasi komprehensif yang pada ujungnya hanya akan menguntungkan (pemberontak, Red) Houthi dan Iran,” ungkap politikus 65 tahun itu sebagaimana dilansir Associated Press, Senin (29/1).
Selain menewaskan 12 orang, bentrokan STF dengan pasukan rezim Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi itu mengakibatkan sekitar 130 orang lainnya terluka. Saat ini hubungan STC dan Houthi tak lagi harmonis.
Dua kubu yang semula bersekutu tersebut kini berlawanan. Sebab, Houthi juga menerima dukungan dari kelompok-kelompok militan radikal Yaman seperti ISIS dan Al Qaeda Jazirah Arab alias AQAP.
Di mata STC, Dagher adalah seorang koruptor. Karena itu, STC mendesak Dagher dan kabinetnya untuk mundur. Menurut Al Jazeera, dalam ultimatumnya, STC juga mendesak Hadi, yang sejak Saleh lengser pada 2011 menjabat sebagai presiden, untuk membubarkan pemerintahan.
Kemarin, melalui Facebook, Dagher mengimbau negara-negara Arab ikut campur tangan. Sekutu Hadi itu ngotot bertahan di pemerintahan dan menampik segala tudingan STC.
”Konflik ini lahir gara-gara Saudi dan koalisinya. Juga, harapan kami bergantung pada Uni Emirat Arab (UEA),” ungkapnya seperti dikutip BBC. Pekan lalu, secara terbuka, UEA menyatakan dukungan terhadap STC dan rencana di Aden.
Setelah batas waktu ultimatum STC pada Minggu pagi, STF langsung bergerak. Pasukan pendukung Saleh itu menggempur Aden dan berhasil menduduki kompleks pemerintahan.