Ryamizard: Kamboja Mitra Penting Indonesia Dalam Menjaga Stabilitas Kawasan ASEAN
Untuk itu, lanjut Ryamizard, Indonesia selalu mendukung langkah-langkah guna mendorong kemajuan bagi Kamboja, baik keinginan Kamboja untuk menjadi negara anggota ASEAN yang ke-10 (April 1999) hingga menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian-Europe Meeting (ASEM) pada tahun 2020 mendatang.
Dalam kesempatan itu, Ryamizard atas nama pemerintah Indonesia mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua unsur pemerintahan Kerajaan Kamboja, dan termasuk Perwakilan RI di Kamboja, yang telah bekerja keras dalam upaya membangun kembali relokasi Tugu Persahabatan ini, ke tempat yang lebih baik, indah dan strategis.
"Saya senang dan sangat bangga, karena memiliki kesempatan kembali untuk berkunjung ke Kamboja, khususnya ke Kampong Thom ini. Bagi saya pribadi berkunjung ke Kampong Thom serasa seperti pulang ke kampung halaman sendiri. Saya turut berbangga hati, karena kondisi di Kampong Thom saat ini telah jauh berbeda dengan saat saya bertugas di sini, dan sekarang berubah menjadi kawasan yang sangat modern, maju dan damai," kata Ryamizard yang pernah bertugas di Kamboja sebagai Komandan Kontingen Garuda XII-B pada tahun 1992.
Hubungan antara kedua negara secara historis telah terjalin dengan baik sejak lama oleh para founding father Presiden RI Soekarno dan Raja Norodom Sihanouk, dan khususnya dalam proses tercapainya perdamaian dan rekonsiliasi di Kamboja melalui peran Indonesia dalam memfasilitasi penyelenggaraan Jakarta Informal Meeting (JIM) I di Bogor (5-28 Juli 1988) dan JIM II pada 19-21 Februari 1989 di Jakarta, hingga tercapainya Paris Peace Agreement tahun 1991.
Menurut Ryamizard, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarahnya. Tugu persahabatan ini mengandung makna sejarah yang mendalam bagi persahabatan kedua negara.
"Tugu ini menjadi simbol kedekatan kedua negara, yang harus kita lestarikan bersama dan kiranya diteruskan oleh generasi-generasi selanjutnya, agar persabatan kedua bangsa tetap abadi," ujarnya.
Sebagai negara sahabat yang begitu memahami betapa pentingnya arti perdamaian, Indonesia ikut ambil bagian dalam pasukan perdamaian United Nations Transitional Authority in Cambodia (UNTAC) melalui pengiriman pasukan kontingen Garuda ke Kamboja sebanyak 3.957 personil pada tahun 1992-1993.
"Saya sendiri menjadi bagian dari sejarah tersebut. Pada tahun 1992, kira-kira 27 tahun yang lalu, saya mendapat kehormatan untuk bertugas sebagai Komandan Kontingen Garuda XII-B berkekuatan 850 personil, yang tergabung dalam misi pasukan perdamaian UNTAC berkedudukan di Kampong Thom ini," katanya.