Saat Bamsoet Membahas BUMN Berakhlak Bareng Pendiri ESQ Ary Ginanjar
"BUMN Berakhlak tak boleh menjadi seremonial ataupun ungkapan tanpa makna. Pada akhirnya waktulah yang akan membuktikannya. Apakah core values BUMN Berakhlak bisa menjadi salah satu jawaban untuk meningkatkan kinerjanya. Atau hanya akan menjadi pemanis di atas kertas yang pada akhirnya menguap begitu saja," tutur Bamsoet.
Waketum PP Pemuda Pancasila ini juga mengajak Ary Ginanjar menyosialisasikan materi kebangsaan berupa Empat Pilar MPR RI di dalam berbagai pelatihan ESQ yang dilakukannya. Selama ini pembangunan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, maupun berbagai materi kebangsaan lainnya dalam Empat Pilar MPR RI dilakukan dengan metode pembelajaran di sekolah, seminar, diskusi, maupun workshop.
"Tak salah jika ke depan juga turut dilakukan melalui metode alam bawah sadar seperti yang sering dilakukan ESQ LC. Sejak berdiri pada tahun 2000, ESQ LC telah memiliki jutaan alumni. Pak Ary bukan hanya telah melakukan perubahan sosial, melainkan turut membentuk kekuatan sosial. Alangkah bagusnya jika dalam pembentukan kekuatan sosial tersebut, turut memuat materi kebangsaan," harap Bamsoet.
Dengan demikian, kata Waketum KADIN Indonesia ini, para alumni ESQ tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual (intelligence quotient/IQ), kecerdasan emosional (emotional quotient/EQ) dan juga kecerdasan spiritual (spiritual quotient/SQ), melainkan juga memiliki kecerdasan berbangsa (nation quotient).
"Sehingga setiap alumni ESQ bisa turut menjadi Duta Pancasila, bagian dari generasi yang menjaga keutuhan keanekaragaman bangsa, serta menyadari bahwa kekuatan bangsa Indonesia justru terletak pada keanekaragaman suku, agama, ras, maupun golongan. Sehingga, tak menjadikan perbedaan sebagai sumber pertikaian," katanya.
Bamsoet menjelaskan bahwa derasnya arus globalisasi yang menawarkan gaya hidup dan berbagai paham yang tidak selaras dengan jati diri keindonesiaan, muncul kekhawatiran bahwa semangat kebangsaan akan semakin memudar dan kian terpinggirkan oleh nilai-nilai asing. Dengan perkembangan teknologi dan kemajuan zaman, ke depan ancaman ideologis yang akan dihadapi akan semakin kompleks, sehingga penting bagi semua elemen bangsa membangun benteng ideologi.
"Di tengah tekanan arus globalisasi di era disrupsi, di mana informasi global dapat dengan leluasa kita akses tanpa filter, maka membumikan Pancasila akan dihadapkan pada berbagai tantangan. Atas nama modernitas zaman, globalisasi telah menawarkan nilai-nilai, paham, konsep dan gagasan yang dikemas seakan-akan lebih menarik daripada nilai nilai Pancasila," pungkas Waketum SOKSI ini.(jpnn)