Saat Tidak Ada Kuliah Ikut Perajin, Kini Orderan Membeludak
jpnn.com - Shirojudin, warga Desa/Kecamatan Gerih, Ngawi, Jatim, menekuni kerajinan kulit yang fokus pada produk dompet. Karyanya kini rutin diborong beberapa brand produk kerajinan kulit ternama.
DENI KURNIAWAN, Ngawi
JEMPOL dan telunjuk kiri Shirojudin kuat menekan penggaris yang menindih lembaran kulit. Sementara, telapak tangan kanannya menggenggam sebuah cutter. Berulang kali disayatkannya alat potong tersebut sealur dengan penggaris.
Sesekali pria itu menyeka keringat yang membasahi pelipisnya. Beberapa menit berselang, jadilah lembaran-lembaran kulit berbentuk persegi panjang. ‘’Mau buat dompet gantungan kunci mobil,’’ kata pria yang akrab dipanggil Judin itu.
Pemandangan itu biasa terlihat di teras rumah Judin di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Gerih. ‘’Membuat lubang pada kulit untuk tempat menjahit juga di sini,’’ terang Judin sembari menunjuk dua landasan dan tatah berbagai ukuran di sudut teras.
Sejak awal 2017, hari-hari Judin dihabiskan dengan menyamak dan membuat dompet berbahan kulit. Buah ketelatenannya, beberapa brand dompet kulit kepincut dengan hasil kreativitas pria 24 itu. ‘’Dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya sudah langganan,’’ ujar Judin.
Bagi Judin tidak jadi masalah ketika label brand perusahaan lain tertera pada karyanya. Pun berpayah-payah membuat handycraft berbahan kulit secara manual tetap dipilih Judin untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
Bukan tanpa alasan pria yang belum genap sebulan melepas masa lajang ini berprinsip demikian. Susahnya mencari tenaga yang telaten menyamak kulit menjadi kendala utama. ‘’Pernah ada yang coba, tapi tidak bertahan lama. Pas motong pola, kemeng katanya,’’ ungkap Judin.