Sahuuur, Sahuur...Ah, Jadi Ingat Masa Lalu
Apa yang dilakukan anak-anak tersebut sangat membantu warga untuk bangun. “Sangat membantu dengan peralatan yang digunakan ketika melintas, tetangga yang lain pasti bangun,” ujar Ani salah seorang warga Jalan Hasanuddin kepada pewarta harian ini.
Aktivitas tersebut, awalnya dilakukan Wawan dan Deni ketika hari pertama Ramadan hanya bekeliling sembari berteriak. Aksinya tersebut kemudian berlanjut hingga hari ini. Namun, dengan jumlah personel jauh lebih banyak. Tanpa ada ajakan, rekan-rekannya mendengarkan Wawan dan Deni bercerita apa yang dilakukan sebelum waktu sahur.
Hal itu membuat teman-temannya mulai mengikuti aktivitas yang dilakukan sebelum sahur. Agar bangun lebih awal dari warga sekitar, ketika malam hari belasan anak tersebut memilih tidur lebih cepat usai melaksanakan salat Tarawih.
Hal tersebut dilakukan agar aktivitasnya membangunkan warga untuk menyiapkan menu sahur tidak terlambat.
“Kalau lambat tidur, lambat juga bangun. Jadi, sudah salat Tarawih langsung pulang ke rumah masing-masing tidur. Tidak boleh pergi main karena bisa-bisa terlambat bangun,” ujar Wawan kepada Radar Nunukan, Selasa (14/6).
Aktivitas yang dilakukan Wawan bersama teman-temannya mendapatkan dukungan dari orangtua masing-masing. Hal tersebut menjadi penambah semangat untuk membangunkan warga sekitar.
Menurut Wawan aktivitas yang dilakukan bersama teman-temannya tidak mengganggu aktivitasnya sehari-hari seperti jadwal sekolah. Pukulan gendang dan galon yang dibawa serta teriakan “Sahur… Sahur…” pasti membuat warga terbangun.
Di mulai dari Jalan RE Martadinata sembari berteriak dan memainkan alat yang dibawa menuju Jalan Hasanuddin kemudian dilanjutkan menuju Jalan Liem Hie Djung, berputar kembali menuju Jalan Keramat dan berakhir di tempat awal mereka bertemu. Canda tawa sesekali terdengar dari sekelompok anak-anak ini.