Salvador Ramos
Oleh: Dhimam Abror DjuraidKebijakan Trump sangat rasialis antara lain dengan melarang imigran kulit berwarna dari Latin dan Asia. Trump juga berjanji membangun tembok pembatas di perbatasan Amerika dengan Meksiko untuk menahan para imigran gelap yang menerobos melalui perbatasan itu.
Orang-orang kulit putih, yang merasa terancam oleh kedatangan para imigran, mendukung program Trump ini. Trump banyak mengeksploitasi sentimen kulit putih yang anti kulit berwarna untuk memenangkan Pilpres 2014.
Gerakan Black Life’s Matter (BLM) menjadi demonstrasi besar yang menggugat sikap diskriminatif kulit putih terhadap kulit hitam. Trump secara terang-terangan tidak mendukung gerakan BLM dan mengabaikan tuntutan penghapusan diskiriminasi. Pedemo merangsek ke sekitar Gedung Putih, tetapi Trump tidak peduli.
Pada Pilpres 2019, Trump berhadapan dengan Joe Biden. Ketika Trump dinyatakan kalah pendukungnya tidak terima. Dengan bersenjatakan senapan lengkap, kelompok white supremacist pendukung Trump menyerbu dan menduduki Capitol Hill selama beberapa jam.
Kelompok white supremacist inilah penguasa industri pabrik senjata yang rela membayar mahal para pelobi supaya undang-undang kepemilikan senjata tetap dipertahankan. Setiap saat terjadi penembakan masal selalu muncul perdebatan mengenai gun control, pengendalian pemilikan senjata.
Perdebatan ini membelah bangsa Amerika menjadi dua, pendukung Partai Republik akan mendukung kepemilikan senjata dan pendukung Demokrat mendukung pembatasan kepemilikan senjata. Lobi pemilik senjata terbukti sangat kuat. Setiap ada usul pembatasan senjata selalu bisa dipatahkan.
Masalah ini akan terus menjadi persoalan laten dan akut dalam politik Amerika.
Insiden penembakan massal seperti yang terjadi di Texas itu akan terus terjadi lagi dan lagi.