Samarinda Toraja
Oleh Dahlan IskanAyah Arief merestui tetapi tidak mau gabung. Arief harus tanggung sendiri risiko masuk ke dunia industri. Sang ayah akan terus di sektor perdagangan.
Pabrik pun dibangun di Surabaya. Awalnya sulit diterima pasar. Sampai-sampai tiga temannya angkat tangan.
Arief diminta mengembalikan modal mereka. Arief cari tambahan kredit jangka pendek.
Kebetulan seorang temannya di Gresik minta tolong: agar Arief mau membeli stok garamnya dengan harga murah sekali. Si teman lagi butuh uang.
Garam itu akan dilepas dengan harga Rp 4/kg. Arief menggunakan sebagian uang kredit untuk menolong temannya itu.
"Tiba-tiba harga garam naik menjadi Rp 90/kg. Kredit jangka pendek saya langsung lunas," katanya.
Akhirnya pabrik gas industri Arief berjalan lancar. Sudah 100 persen miliknya sendiri.
Pabrik yang semula 2 hektare menjadi 20 hektare. Belum lagi pabriknya yang di banyak kota di Indonesia.