Sambil Mengusap Perutnya Mengucap: Sabar dek, Ibuk Mau Ketemu Pak Menteri
Saat bercerita tentang perjuangan FHK2I, sesekali Titi mengelus perut besarnya yang agak mengeras, sambil berucap, "sabar dek, ibuk mau ketemu Pak Menteri."
Titi mengaku, sudah sepekan di Jakarta dalam agenda pertemuan dengan Komisi II dan ingin menyampaikan aspirasi ke MenPAN-RB.
"Sudah dua kali saya menyurat ke Pak Menteri, tapi tidak ada jawaban, makanya saya samperin ke sini saja. Kalau DPR cepat responnya, kami malah disupport sekali sama anggota dewan," ucapnya.
Selama di Jakarta, Titi mengaku sering mengalami kontraksi karena terlalu capek. Dia pun memilih tinggal di wisma Pondok Haji, Pondok Gede yang jaraknya cukup jauh. Alasannya harga penginapannya lebih murah Rp 200 ribu per malam. Itu sebabnya, Titi dan rekan-rekannya tidak mau balik sebelum hasilnya ada.
"Kami hanya ingin dengar apa program Pak Menteri untuk honorer K2. Kami ini tahu kok anggaran negara pas-pasan, makanya kami minta jatah 30 ribu itu dulu. Selebihnya diangkat bertahap sesuai kekuatan APBN," tuturnya.
Sore sudah menjelang, namun menteri yang ditunggu-tunggu tidak juga menemui. Titi dan rekan-rekannya hanya ditemui staf khusus MenPAN-RB., dengan alasan Menteri Yuddy tengah memimpin rapat.
"Tidak apa-apalah kalau Pak Menteri tidak mau temui kami. Yang jelas kalau tidak ada niat baik pemerintah, terpaksa kami akan gelar aksi besar-besaran pada 15-16 September. Saya akan berorasi untuk menyemangati teman-teman. Mudah-mudahan, bayi saya tetap kuat," tuturnya.
Rekan-rekan Titi lainnya, seperti Nurbaiti bendahara Forum Pager Nusantara mengusulkan kalau anak ketumnya lahir diberi nama ASN atau honorer. "Kami usul anaknya diberi nama yang berkaitan dengan ASN atau honorer, sebagai bukti perjuangan," cetus Nurbaiti yang disambut senyuman Titi. (esy/jpnn)